Memasuki bulan Februari, sebagian remaja mulai heboh menyiapkan segala pernak-pernik berkaitan dengan apa yang mereka yakini sebagai Hari Kasih Sayang pada tanggal 14 Februari. Coklat, bunga, maupun kado yang bernuansa pink banyak ditawarkan melalui platform media sosial dan market place. Para pebisnis memanfaatkan momentum ini untuk mencari keuntungan dengan meningkatkan pemasaran produk mereka.
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN Perwakilan DIY juga turut menangkap momentum ini dengan memasarkan “produk” berupa edukasi menyasar kaum remaja melalui talkshow secara live streaming dengan tema “Cinta yang sehat, remaja hebat” bekerja sama dengan Harian Jogja.
“Tanpa harus memasuki diskusi tentang mengapa atau bagaimana tradisi Valentine Day atau Hari Kasih Sayang ini muncul, kami merasa ini momen yang tepat untuk mengangkat tema “Cinta yang sehat” saat banyak remaja sedang memikirkan dan mengungkapkan pemahaman mereka akan cinta dan kasih sayang,” demikian dijelaskan Mohammad Iqbal Apriansyah, Kepala Perwakilan BKKBN DIY di ruang kerjanya sesaat sebelum talkshow pada Selasa (11/02/2025).
Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga & Pencegahan Stunting Dr. Mustikaningtyas, S.Psi., MPH (Psikolog) menjadi narasumber mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY bersama pasangan Duta Genre DIY 2024, Maulin Cikal Widyandani dan Yuswan Dwi Hidayat. Bertindak sebagai host dari Harian Jogja, Nathan Yoppy. Mustikaningtyas mengawali dengan mengulas transformasi BKKBN dari Badan menjadi Kementerian.
“Bukan perubahan yang total ya (dari segi tugas fungsinya), namun lebih pada perubahan berupa penguatan secara kelembagaan dalam menjalankan tugasnya,” ungkap Mustikaningtyas. Ditambahkannya perubahan itu juga termasuk perubahan pada logo institusi. Selanjutnya bicara tentang cinta dan perkawinan, Ketua Tim Kerja yang juga seorang psikolog ini menjelaskan mengapa Kemendukbangga/BKKBN menganjurkan usia ideal menikah bagi perempuan minimal 21 tahun, sedangkan bagi laki-laki minimal 25 tahun.
Usia psikologis yang masih labil apabila bila menikah kurang dari umur tersebut dikhawatirkan akan mempengaruhi pola pengasuhan anak. Hal ini dapat berdampak pula pada pola pemberian asupan gizi serta kesehatan anak. Pernikahan pada usia dini dapat menempatkan remaja putri dalam risiko kesehatan atas kehamilan pada saat organ reproduksi belum siap. Timbul risiko anak terlahir stunting dan potensi kanker leher rahim pada remaja di bawah 20 tahun yang sudah aktif berhubungan seksual.
Memang secara legal menurut Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mengatur bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita telah mencapai umur 19 tahun. UU 16/2019 ini memperbaharui aturan sebelumnya yang membolehkan perkawinan dilakukan oleh pria berusia minimal 19 tahun dan wanita minimal 16 tahun. Namun demikian Kemendukbangga/BKKBN memandang pernikahan juga perlu menghindari terlalu muda untuk hamil atau usia kurang dari 21 tahun. Demikian pula jangan terlalu tua untuk hamil usia lebih dari 35 tahun.
Kepada kedua Duta Genre putra dan putri, host Nathan banyak menggali pemahaman keduanya tentang bagaimana mereka memahami tentang cinta, pacaran, serta hubungan yang sehat.
“Cinta itu saling melengkapi, dan sejajar” demikian Yuswan mencoba memahami hubungan cinta antara remaja putra dan putri. Maka pacaran itu menjadi penting sebagai cara untuk saling lebih mengenal dan belajar membangun hubungan yang sehat.
“Pacaran atau hubungan yang sehat itu tidak bersifat toxic” demikian pendapat Maulin Cikal. Maka menurutnya, “Sebelum mencintai orang lain kita harus mencintai dan menghargai diri sendiri.” Dengan demikian kita bisa menetapkan batasan bagaimana kita memperlakukan pasangan atau bagaimana kita mentoleransi perlakuan terhadap diri kita sendiri.
Selain melalui talkshow ini yang bekerjasama dengan Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan DIY, Harian Jogja juga menyiapkan kegiatan dengan tema yang sama berupa “Valentine’s Walk In” tepat pada tanggal 14 Februari 2025. Pada kegiatan ini para remaja yang diajak berjalan menyusuri Malioboro dan sekitar Tugu Jogja sampai KM Nol pulang pergi bersama pasangannya. Pasangan tidak harus berarti kekasih atau pacar, namun juga bisa sahabat (bestie) atau kerabat. Dipandu oleh guide yang akan menjelaskan mengenai sumbu filosofi serta mengenal spot bersejarah di antaranya Gedung Agung dan Benteng Vredeburg.
Penulis : FX Danarto SY