Tantangan GenRe menuju Indonesia Emas, 1 dari 3 Remaja Indonesia 10-17 Tahun Miliki Masalah Kesehatan Mental

DENPASAR, BKKBN — Gegap gempita remaja yang tergabung dalam Forum Generasi Berencana (GenRe) dari 38 provinsi di seluruh Indonesia memenuhi ruangan acara. Mereka berbusana dengan pakaian adat daerah asal masing-masing. Tidak sedikit yang juga menggunakan atribut unik nan cetar membahana.

Kemeriahan dan keragaman itu mewarnai kegiatan pembukaan acara Apresiasi Duta dan Jambore Kreatifitas GenRe Nasional (Adujaknas) tahun 2024 yang dilaksanakan di Hotel Prime Plaza Sanur, Rabu malam (18/09/2024).

“Saya saksikan kemeriahan malam hari ini. Sebagai ayah GenRe, saya menaruh harapan besar bahwa forum ini tidak sekedar seremonial. Saya ingin forum ini menjadi forum bagi anak remaja kita untuk menyongsong hari esok,” ujar Drs. Tavip Agus Rayanto, M.Si, Plh. Kepala BKKBN, saat membuka acara tersebut.

Sekata dengan Tavip, Dewa Made Indra, Sekretaris Daerah Provinsi Bali yang mewakili Gubernur Bali mengatakan, “Tempat ini biasanya adem. Tapi hari ini ruangan bergemuruh luar biasa, seperti mengajak kami yang senior ini untuk muda lagi. Minimal semangatnya kembali muda. Di sini kita juga bertemu lintas generasi, generasi senior dan generasi muda dari seluruh Indonesia.”

● Indonesia Emas atau Indonesia Cemas

Menurut Teuku Muhammad Alif AS, Ketua Panitia Adujaknas 2024, Indonesia saat ini akan menghadapi Indonesia Emas tetapi realita berkata lain. “Seperti yang kita lihat di media sosial, Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Yang kita harapkan Indonesia Emas, tetapi realitanya Indonesia semakin cemas dengan banyaknya isu-isu yang terjadi saat ini,” ujar Alif.

Ia lalu mencontohkan pembunuhan pada remaja, pelecehan seksual, rusaknya mental generasi saat ini.

Maka, sebagai bentuk cepat progress program GenRe, bersama BKKBN, Forum GenRe menggelar kegiatan ini dengan mengangkat tema ‘Jiwa Membara Raga Terjaga Menyala GenRe Indonesia’. Artinya, jiwa membara mencerminkan bahwa kesehatan mental yang tidak baik akan melahirkan fisik yang sakit. Selain itu ada isu stunting, kekerasan seksual yang dibungkus dengan kegiatan ‘Tentang Kita’.

Ada juga kata menyala GenRe Indonesia yang artinya GenRe harus bisa menjadi lentera dalam gelapnya masalah yang terjadi.

Untuk mencapai Indonesia Emas 2045 tentunya sasaran utama saat ini adalah mempersiapkan generasi muda Indonesia agar menjadi generasi yang berkualitas, kompeten dan berdaya saing. Sehingga saat Indonesia masuk ke usia 100 tahun dapat menjadi bangsa yang berdaulat, maju, adil dan makmur.

Generasi muda menjadi kunci keberhasilan cita-cita besar tersebut. Karena selain sebagai penerus bangsa, jumlah remaja di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 sebesar 64,16 juta jiwa, atau setara 23,18% total penduduk.

Mirisnya, menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) dalam survei kesehatan mental pada tahun 2022, satu dari tiga remaja Indonesia berusia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental.

Sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia.

Selain masalah mental health, remaja Indonesia juga dihadapkan dengan permasalahan pernikahan dini dan seks bebas. Data Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 5,2 persen remaja usia 13-17 tahun sudah pernah berhubungan seksual.

Sebanyak 32,5 persen remaja yang telah melakukan hubungan seksual menggunakan kondom. Berikutnya, satu dari 11 anak perempuan dan satu dari 17 anak laki-laki pernah mengalami kekerasan seksual.

Dari segi pendidikan yang menjadi hal sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa, berdasarkan data BPS per Maret 2023, tingkat pendidikan mayoritas penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas sebesar 30,22 persen menyelesaikan Pendidikan SMA/sederajat, 24,62 persen lulusan SD/sederajat, SPM/sederajat sebanyak 22,74 persen, sementara perguruan tinggi hanya 10,15 persen.

Di samping itu, persentase yang tidak tamat SD/sederajat dan belum pernah sekolah cukup tinggi, masing-masing sebesar 9,01% dan 3,25%.

● Kolaborasi dan Inovasi

Tentunya permasalahan yang terjadi pada banyak remaja di Indonesia menjadi keresahan bersama. BKKBN dan Forum GenRe bekerjasama dan berkolaborasi guna menjadikan remaja Indonesia menjadi remaja berkualitas dan SDM Tangguh.

Noer Alif Baslamin, Ketua Umum GenRe Indonesia Tahun 2022-2024 mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu di BKKBN pusat maupun provinsi karena telah memberi ruang partisipasi bermakna bagi teman-teman GenRe.

“Empat belas tahun GenRe berdiri telah berdedikasi menginspirasi dari pelosok desa hingga kabupaten/kota dan provinsi. Melalui program Keluarga Berencana dengan fokus terhadap pemberdayaan remaja. Tanpa adanya kolaborasi antara BKKBN dengan GenRe tentunya program tidak akan berjalan,” tutur Noer Alif.

Adapun pemilihan Duta GenRe tingkat nasional, menurut Noer, bertujuan mencari sosok rolemodel sebagai perpanjang tangan bagi remaja di seluruh Indonesia. Nantinya mereka diharapkan mampu menciptakan ruang yang nyaman agar remaja terhindar dari permasalahan yang banyak terjadi, seperti pernikahan dini, seks pranikah, penyalahgunaan narkotika, zat adiktfi dan obat terlarang. Juga kekerasan seksual, hingga mental health disorder.

“Selain itu, kami bersama BKKBN mengeluarkan inovasi pelibatan remaja yang bermakna. Program ini menjadi bentuk nyata kami dan BKKBN dalam berkolaborasi,” tambahnya.

BKKBN sendiri membuat program GenRe tidak hanya seremonial semata tetapi dengan tujuan yang jelas yaitu agar remaja Indonesia dapat melewati lima transisi kehidupan.

Pertama, remaja memiliki pola hidup sehat. Kedua, remaja dapat merencanakan pendidikannya. Ketiga, remaja dapat mencari pekerjaan sesuai passionnya. Keempat, bermasyarakat. Kelima, dapat merencanakan pernikahannya sesuai anjuran BKKBN, bahwa usia menikah untuk perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.

Selama dua tahun masa bakti, Noer Alif dan jajaran kepengurusan di kabinet bersahaja, membuat pemilihan Duta GenRe Inklusifitas sebagai bentuk komitmen dalam menggandeng seluruh remaja tanpa perbedaan.

Masih menurut Noer Alif bahwa member forum GenRe di seluruh Indonesia mencapai 450.000 remaja yang tergabung dalam Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.

● Pra-Adujaknas

Kegiatan Adujaknas GenRe ini pun bentuk kolaborasi BKKBN dengan Forum GenRe. Adapun kegiata pra-Adujaknas sudah dimulai dengan kick off secara online, multimedia challenge, GenRe in Action yakni dengan isu Ini Genting (Implementasi Nyata Cegah Stunting), Duta GenRe beraksi.

Kegiatan berikutnya adalah Duta GenRe inklusif, welcoming and sharing session ceremony, GenRe mengajar, Motion Challenge, Opening Ceremony, ruang belajar, exhibition dan GenRe menyapa, Cultural Immersion, amazing race, ranking 1, 100% GenRe, GenRe melalih. Dan acara puncak grand final Duta GenRe yang akan dilaksanakan Jumat (20/9/2024).

“Kami berharap kegiatan ini bukan hanya seremoni tetapi dapat melahirkan generasi emas berkualitas,” ujar Noer Alif.

Adapun Juara 1 Duta GenRe Inklusi pertama, Fedya Jelila yang berasal dari Provinsi Banten menyatakan kegembiraannya karena telah difasilitasi untuk ikut berkarya, mendapatkan program BKKBN khususnya terkait remaja, memfasilitasi teman-teman yang disabilitas untuk mendapatkan aksesbilitas dalam akses materi maupun program GenRe yang selama ini belum didapatkan.

“Duta GenRe inklusifitas ini menjadi ajang kami disabilitas untuk berkarya. Bukan saatnya lagi disability tanpa ability. Bukan saatnya lagi difabel, tetapi bukan ‘different ability’ tetapi ‘we are different able’.”

“Saya sebagai tunanetra tidak bisa melihat ayah bunda dan teman-teman GenRe semua di sini. Tetapi anda semua dapat melihat saya berdiri bahwa tanpa mata, tiada mata, tak hilang cahaya. Kami generasi muda dengan disabilitas siap berkarya mewujudkan GenRe inklusifitas yang jaya di Indonesia. GenRe inklusifitas berkarya tanpa batas,” kata Fedya.

Sebagai Duta GenRe inklusifitas, Fedya mempunyai program konseling, mentoring, dan publishing. Ia berharap remaja inklusifitas mampu menerapkan ‘softskill’ dan ‘lifeskill’ dengan publishing yang tepat, terjun di masyarakat dengan baik, menciptakan generasi Indonesia sehat yang mendapatkan pendidikan layak, pekerjaan yang baik dan memiliki value di masyarakat dan memiliki keluarga yang baik.

Jangan sampai disabilitas di Indonesia lebih dihargai di luar negeri daripada negeri sendiri,” tambahnya.

● Apresiasi

Dalam acara ini juga diberikan piala serta selendang kebesaran bagi juara 1, 2 dan 3 Duta GenRe inklusi. Beberapa penghargaan dan pemberian plakat kepada sponsor yang selama ini mensupport kegiatan, yaitu PT. Astra Digital Artha Astra Pay, PT. Paragon Technology and Innovation Produk Emina Cosmetic, PT. Pelindo Solusi Logistic.

Plakat diberikan juga kepada PT. Mineral Industy Indonesia, PT. Perusahaan Listrik Negara, Lembaga Psikologi Optima, BPJS Kesehatan, Astra Motor Denpasar, CV. Padama Ganesha Crop, Universitas Bakrie, Catalis Muda Forum, PT. Danone Water Indonesia, Tanoto Foundation, Bibun Florist dan PT. Nutri Food Indonesia.

Acara juga ditandai pemberian cinderamata oleh Yayasan Putik Indonesia Berkarya kepada Deputi KS/PK BKKBN dan sebaliknya sebagai bentuk apresiasi kerjasama yang terjalin selama ini.

Juga diserahkan penghargan sebagai Bunda GenRe terbaik yang diraih oleh istri Gubernur Kalimantan Barat, Windy Prihastari, S.STP, M.Si, karena telah mendukung program dan kegiatan-kegiatan BKKBN, khususnya program prioritas nasional, yaitu penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pendewasaan usia perkawinan.

Salah satu contoh adalah penyelenggaraan kegiatan ‘International Youth Day’ di Kalimantan Barat. Menurut Bunda GenRe Kalimantan Barat, remaja merupakan harapan bangsa dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045.

Dengan generasi tanpa pernikahan usia anak, tanpa sex pra-nikah dan tanpa NAPZa, maka akan dihasilkan generasi emas sehingga tercipta bangsa yang kuat.

Di sisi lain, Dewa Made Indra mengatakan, “Kami sangat senang karena para remaja di kegiatan ini sudah dapat memberikan insight dan mengidentifikasi persoalan terkait remaja. Saya melihat teman-teman di sini sudah dapat melihat tantangan menuju Indonesia Emas. Sepertinya Indonesia Emas tidak harus menunggu tahun 2045, karena di tangan kalian, para GenRe, Indonesia emas semoga bisa tercapai lebih cepat.”*

Penulis : Fatimah
Editor: Ade Anwar dan Santjojo Rahardjo

Post Terkait