Wamen Isyana Dampingi Wapres, Hadiri Tawur Agung Kesanga di Prambanan

Yogyakarta, Kemendukbangga/BKKBN – Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, mendampingi Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, pada acara Tawur Agung Kesanga, Rangkaian Perayaan Hari Suci Nyepi Nasional Tahun Saka 1946/2025 M, yang berlangsung di pelataran Candi Prambanan, Jumat, 28/03/2025.

Tawur Agung Kesanga merupakan prosesi ibadah umat Hindu yang dilaksanakan pada Tilem Sasih Kesanga, sehari sebelum Hari Raya Suci Nyepi. Ritual Tawur Agung Kesanga bermakna sebagai penyucian untuk menjaga keseimbangan alam semesta serta menjaga keseimbangan energi antara manusia, alam, dan tuhan.

Wapres Gibran dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas keberagaman yang kita miliki. Menurutnya keberagaman adalah kekuatan. Kerukunan dan persatuan harus dijaga bersama. Perayaan Hari Nyepi dan Hari Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal yang berdekatan, sehingga penting untuk saling toleransi dan menghormati perbedaan.

“Terima kasih kepada seluruh umat Hindu yang selama ini terus konsisten menjaga keseimbangan alam dan juga menjaga toleransi persatuan dan kerukunan, serta secara aktif mendukung dan mengawal program prioritas Bapak Presiden agar dapat berjalan dan bermanfaat maksimal bagi kita semua. Selamat Hari Suci Nyepi, semoga keberkahan dan kebahagiaan selalu menyertai” ungkap Wapres Gibran.

Wamen Isyana pada kesempatan yang sama juga menyampaikan terima kasih kepada Wapres Gibran yang sudah hadir pada acara Tawur Agung Kesanga ini.

“Menjelang hari raya suci nyepi merupakan momen untuk merefleksikan diri dan melaksanakan catur brata penyepian” ungkap Wamen Isyana.

Upacara Tawur Agung Kesanga, sebuah ritual sakral yang dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Upacara ini bertujuan untuk menyucikan alam semesta serta menjaga keseimbangan energi antara manusia, alam, dan tuhan. Dalam Hindu, ajaran tersebut juga disebut Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana memiliki makna “tiga penyebab kesejahteraan”, adalah falsafah hidup masyarakat Hindu yang menekankan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lingkungan. Hal ini sejalan dengan program Pembangunan Keluarga Kemendukbangga yaitu 8 fungsi keluarga. Adapun kedelapan fungsi tersebut adalah fungsi Agama, fungsi Sosial Budaya, fungsi Cinta dan Kasih Sayang, fungsi Perlindungan, fungsi Reproduksi, fungsi Sosial dan Pendidikan, fungsi Ekonomi dan fungsi Lingkungan.

Tiga unsur Tri Hita Karana, pertama, Parahyangan yaitu hubungan harmonis dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa) erat kaitannnya dengan fungsi agama. Dimana orang tua sebagai guru dalam pendidikan anaknya, orang tua juga merangkap sebagai ahli agama dalam membentuk kepercayaan anak-anak mereka.

Kedua, unsur Pawongan yaitu hubungan harmonis dengan sesama manusia, erat kaitannya dengan fungsi sosial budaya dan fungsi sosialisasi pendidikan. Fungsi sosial budaya mencerminkan peran orang tua sangat penting untuk menanamkan pola tingkah laku berhubungan dengan orang lain (sosialisasi) kepada anak-anaknya, Sedangkan fungsi sosialisasi pendidikan, orang tua harus mendidik anak-anaknya mulai dari awal sampai pertumbuhan anak menjadi dewasa, mendorong agar anaknya bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Ketiga unsur Palemahan yaitu hubungan harmonis dengan alam lingkungan, erat kaitannya dengan fungsi lingkungan dalam keluarga. Orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan sejuk, baik secara fisik maupun non-fisik. Sealin itu, orang tua juga harus menanamkan bagaimana membangun hubungan yang harmonis antara anggota keluarga maupun masyarakat sekitarnya.

“Mari kita lestarikan dharma, melalui spirit Manawa sewa, Madawa sewa menuju Indonesia Emas 2045. Merajut harmoni, menyucikan alam, dan memperkokoh kebersamaan dalam rangkaian Perayaan Hari Suci Nyepi Nasional Tahun Saka 1947/2025 Masehi” pesan Wamen Isyana.

Post Terkait