Tingkatkan Kualitas Layanan Kontrasepsi, Minimalkan Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan Beresiko Stunting

YOGYAKARTA — Walau angka kelahiran berhasil ditekan dengan edukasi dan promosi kontrasepsi, layanan kontrasepsi di DIY tetap menjadi fokus perhatian untuk ditingkatkan kualitas layanannya. Berbagai indikator kependudukan menunjukkan bahwa program KB di DIY telah berjalan pada arah yang tepat. Angka kelahiran saat ini sebesar 1,81 mengkonfirmasi bahwa perempuan usia produktif di DIY rata-rata punya anak kurang dari dua. Secara nasional angka kelahiran masih sebesar 2,18 dengan disparitas tinggi 2,7 pada salah satu provinsi. Angka kelahiran pada perempuan muda 15-19 tahun juga menjadi yang terkecil kedua sesudah DKI yaitu hanya 6,7 per seribu kelahiran.

“Layanan kontrasepsi harus ditingkatkan kualitasnya. Bukan lagi untuk menurunkan angka kelahiran melainkan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan yang sangat berdampak buruk pada upaya penurunan angka stunting,” demikian ditegaskan Kepala Perwakilan BKKBN DIY Andi Ritamariani saat memberikan sambutan pada Baksos Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di RSUD Pratama Yogyakarta, Kamis (07/03/2024). Sebanyak 65 akseptor dilayani dengan MKJP yang meliputi IUD, Implant, dan Metode Operasi Wanita (MOW) atau Tubektomi.

Kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada perempuan usia terlalu muda rawan melahirkan anak stunting karena organ reproduksi sang ibu belum siap untuk hamil. Sedangkan pada perempuan pada usia 35 tahun keatas selain beresiko stunting pada anak juga pada kesehatan ibu. Hal yang sama terjadi juga pada KTD yang jaraknya terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya.

Windra yang tengah menunggui istrinya menjalani operasi Tubektomi saat diwawancara menyampaikan alasannya memutuskan menggunakan metode ini, yaitu takut resiko bagi kesehatan sang istri jika hamil lagi. “Istri saya umurnya 40 tahun dan dulu menikah belum genap 20 tahun. Kini anak saya yang pertama sudah berumur 20 tahun, yang kedua 14 tahun dan yang bungsu baru 4 bulan,” jelasnya.

Terkait stunting ini Sekretaris Daerah yang diwakili Sekretaris DP3AP2KB Kota Yogyakarta Sarmin melaporkan optimisme bahwa angka stunting Kota Yogyakarta yang pada 2022 menjadi satu-satunya wilayah di DIY yang sudah di bawah target nasional yaitu 13,8 persen.
“Maka jika untuk tahun 2023 yang pengukurannya belum dirilis hasilnya kami berharap angkanya turun sampai kisaran 10 persen, sehingga target akhir tahun 2024 sebesar 8 persen bukanlah target yang terlalu muluk,” ungkap Sarmin optimis.

Selaku tuan rumah kegiatan Direktur RSUD Pratama Arif Haritono menyambut dengan gembira upaya BKKBN dalam meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi melalui baksos di rumah sakit yang dipimpinnya. Pihaknya juga melaporkan upaya RSUD Pratama dalam mendukung program KB yang dibuktikan dengan diraihnya penghargaan sebagai yang terbanyak memberikan pelayanan KB Paska Persalinan.

Selain pelayanan KB juga dilakukan sosialisasi pelayanan KB dalam rangka memperingati Internasional Women’s Day. Sosialisasi yang dikemas dalam bentuk talkshow menghadirkan Dr. dr. M. Nurhadi Rachman Sp.OG(K) yang menyampaikan materi tentang KB MKJP bagi serta dr. Sakti R. Brodjonegoro Sp.U(K) yang mengupas mitos-mitos seputar KB MKJP pria (MOP/Vasektomi). Selain itu dilaksanakan juga sosialisasi tentang GERAI YANSUS yang akan disampaikan oleh Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus diwakili oleh dr. Tuty Sahara, M.Si. GERAI YANSUS merupakan Gerakan Peningkatan Pelayanan dan Kesertaan KB di Wilayah Khusus Bersama Mitra Kerja, yang dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan KB di wilayah khusus.

Penulis: FX Danarto SY

Post Terkait