FX Danarto SY
SLEMAN—Kebo nusu gudel adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang sangat populer. Kebo artinya kerbau, sedangkan gudel adalah sebutan untuk anak kerbau. Sementara nusu atau nyusu artinya menyusu kepada. Jadi kebo nusu gudel adalah penggambaran orang tua yang berguru atau belajar dari orang yang lebih muda.
Namun dalam pengajarannya kepada 65 lansia peserta Sekolah Lansia “Kalimasada” yang akan diwisuda, di Balai Kalurahan Donoharjo Ngaglik Sleman, Selasa (18/11/2025) dokter Prihandjojo Andri Putranto dari Fakultas Kedokteran UNS Surakarta membeberkan bahwa ungkapan kebo nusu gudel perlu dipahami secara lebih dalam. Ungkapan tersebut juga berarti bahwa generasi yang lebih tua harus selalu belajar atau memahami dunia generasi saat ini.
“Simbah-simbah harus juga kenal dan mengerti masalah kekinian, selalu belajar dan mengikuti perkembangan termasuk dalam hal teknologi aplikatif agar tetap nyambung dengan anak cucunya” terang Andri.
Agar bisa menjadi panutan lansia harus juga memahami dunia generasi yang lebih muda, caranya ya jangan malu bertanya pada anak cucu dan menimba ilmu serta menggunakan teknologi yang mereka pakai. Maka ungkapan kebu nusu gudel bukan soal yang muda lebih pintar dari yang tua melainkan soal kesinambungan komunikasi antar generasi. Jadi Kebo Nusu Gudel bukan soal siapa lebih pintar namun soal Lansia memahami dunia anak muda agar tetap bisa jadi panutan.

Sekolah Lansia merupakan salah satu program Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Seperti sekolah atau kuliah, para lansia difasilitasi dalam pertemuan yang menghadirkan narasumber atau “guru/dosen” dalam 11 kali pertemuan bulanan.
Setelah menyelesaikan 11 kali pertemuan, mereka memperoleh bekal mengenai “7 Dimensi Lansia Tangguh” dan cara mewujudkannya. Setelah dinyatakan “lulus” dan kemudian diwisuda dari Sekolah Lansia Standar 1 (S1). Selanjutnya bagi yang telah lulus S1 ada kelanjutan pendalaman materi di Sekolah Lansia Standar 2 (S2) dan bahkan Standar 3 (S3).
Dalam Wisuda S2 Sekolah Lansia ini hadir Sekretaris Perwakilan BKKBN DIY Rohdhiana Sumariati bersama Daroji dari Dinas Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY sebagai Peneguh Wisuda. Hadir pula Panewu Ngaglik Wawan Widiantoro dan Lurah Donoharjo Hadi Rintoko, Kepala Sekolah Lansia Kalimasada Wasingatu Zakiyah.

Rohdhiana yang mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah memuji semangat belajar para lansia di Kalurahan Donoharjo, terutama simbah-simbah putri yang jumlahnya lebih banyak daripada simbah kakung.
“Usia Harapan Hidup di DIY tertinggi dibanding provinsi lain, dan untuk wanita lebih tinggi dari pria. Usia Harapan Hidup (UHH) wanita DIY mencapai 77 tahun, 3 tahun lebih tinggi dari UHH pria,” ungkap Rohdhiana. Maka wajar bila jumlah lansia putri lebih banyak, dan dengan demikian peserta Sekolah Lansia didominasi kaum wantia. Rohdhiana juga menantang para wisudawan untuk lanjut ke jenjang S3, namun tentu perlu dukungan dinas dan pemerintah setempat.