YOGYAKARATA — Penyebab kenaikan kasus stunting salah satunya adalah tingginya angka anemia dan kekurangan gizi pada remaja putri/calon pengantin yang beresiko stunting pada anak yang akan dikandung dan dilahirkan. Untuk mengetahui status kesehatan catin yang berkaitan dengan kesiapan hamil terebut BKKBN mengembangakan aplikasi ELSIMIL (aplikasi Elektronik Siap Nikah Sian Hamil).
Hal tersebut diungkapkan Kepala Biro Umum dan Humas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Victor Palimbong pada kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting Bersama Forum Generaqsi Berencana (GenRe). Dilaksanakan di Tarumartani café Yogyakarta pada tanggal 03 Februari 2024, kegiatan ini diikuti sekitar 100 orang anggota GenRe di DIY. Penyelenggaran acara ini adalah Direktorat Komunikasi, Informasi dan Edukasi BKKBN RI.
“Untuk mengantisipasi hal itu, kami telah membuat program wajib pendampingan, konseling dan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas serta kadar Hb yang dilakukan mulai tiga bulan sebelum menikah,” jelas Viktor. Dengan Program ELSIMIL pasangan calon pengantin dapat dipantau kesehatannya dan kesiapannya untuk menikah dengan menginput sejumlah data kondisi fisik dan kesehatan catin khususnya catin putri. Outputnya berupa indeks kesiapan catin untuk hamil.
Apabila dalam indeks sudah mencapai 80% atau lebih maka sudah dianggap layak untuk hamil bila menikah nantinya. Namun apabila masih dibawah itu, maka dilakukan evaluasi dan meninjau kembali apa yang harus diperbaiki atau upaya yang harus dilakukan untuk menuju indeks yang ideal untuk hamil. Mengingat penting dan besarnya manfaat Elsimil maka Viktor mengharapkan remaja-remaja GenRe ini dapat menjadi salah satu penggerak dalam mensosialisasikan program tersebut.
Hingga saat ini kasus stunting masih menjadi perhatian semua pihak. Bahkan pemerintah sendiri setiap tahunnya berupaya agar angka stunting terus menurun. Khusus di DIY sendiri, prevelensi stunting mengalami penurunan dari 17,3 persen di tahun 2021 menjadi 16,4 persen di tahun 2022. Namun demikian DIY masih harus bekerja keras untuk menangani kasus stunting. Dapat dilihat prevelensi stunting di dua Kabupaten justru mengalami kenaikan yakni di Kulonprogo dan Gunungkidul. Kulonprogo sekarang ada di 15,8 persen dan Gunungkidul sebesar 23,5 persen.
Senada dengan Viktor, Plt. Direktur KIE, Dr. Dadi Ahmad Roswendi, M.Si. menyampaikan bahwa remaja yang tergabung dalam GenRe ini diharapkan dapat menjadi agen perubahan dan contoh anak muda untuk lebih semangat dalam membantu memberikan informasi dan edukasi pada lingkungannya. “Jangan menjadi Generasi Stroberi, generasi yang penuh gagasan kreatif namun mudah menyerah dan sakit hati,” pungkas Dadi.
Kepala Perwakilan BKKBN DIY yang diwakili Ketua Pokja Ketahanan Keluarga, Witriastuti Susani Anggraeni, SE, MM sangat mengapresiasi kehadiran para remaja GenRe DIY dalam acara ini. “Sebab pencegahan stunting harus dimulai dari hulu dengan memberikan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga pada remaja,” tuturnya.
Lebih lanjut Witriastuti menyampaikan bahwa BKKBN berupaya melalui berbagai pendekatan dengan pencegahan dari hulu diantaranya dengan memastikan bahwa remaja mendapatkan asupan tablet tambah darah melalui puskesmas atau posyandu dan memastikan remaja putri untuk meminumnya, membiasakan makan dengan gizi seimbang (menu makanan sehat bergizi); memperbanyak KIE dan diskusi dengan sasaran remaja melalui jalur sekolah, masyarakat sampai dengan keluarga; memanfaatkan media sosial untuk wadah diskusi dan promosi pentingnya kesehatan reproduksi remaja dan percepatan penurunan stunting dari hulu (sejak awal) melalui wadah Forum GenRe dan PIK-R.
Ditambahkan Witriastuti, pentingnya penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja (perencanaan hidup sehat atau 5 masa transisi remaja, selain itu juga memanfaatkan kegiatan Sekolah, Kampus, Organisasi, untuk promosi dan KIE terkait program Generasi Berencana (GenRe) dan Kesehatan Reproduksi bagi remaja. Selain itu juga mensinergikan wadah/kelompok kegiatan (PIK-R) dengan Forum Anak, Karang Taruna, Remaja Masjid dan lainnya
Sebagai salah satu pionir GenRe DIY, Febrian Febriansyah, SM. yang menjabat sebagai Ketua Forum GenRe DIY tahun 2022-2023 menyampaikan bahwa GenRe bertujuan menyiapkan remaja untuk masuk dan menjalankan hidup berkeluarga yang sehat dan berkualitas.
“Perbedaan remaja Jogja dengan yang lainnya adalah Remaja Jogja merupakan remaja berbudaya yang memiliki filosofi Hamengku, Hamangku dan Hamangkoni yang artinyaadalah melindungi dan mengayomi tanpa membeda-bedakan golongan dan keyakinan secara adil (Hamengku). Lebih banyak memberi dari pada menerima dalam mengangkat harkat dan martabat rakyat (Hamangku) serta ketaladanan yang mengandung watak mengayomi, berdiri paling depan dan bertanggung jawab (Hamangkon)“ jelas Febrian.
Febrian juga menegaskan agar Generasi Berencana di DIY ini menjadi remaja yang memiliki partisipasi remaja yang bermakna (Meaningful Youth Participation). Lebih lanjut Febrian menjelaskan bahwa partisipasi remaja ini memiliki tiga tahap (level), yang pertama adalah participation stage, remaja hanya menyimak dan hadir namun belum mampu menyuarakan. Kemudian actor stage, remaja mulai berpartisipasi dengan berpendapat, terlibat FGD dan sebagainya, kemudian recomendator stage dimana pendapat yang disuarakan dipertimbangkan dan berdampak.
“Dan yang sangat diharapkan remaja bisa mencapai upgrader stage yang mampu diajak untuk melakukan supervisi pelaksanaan, mengevaluasi, dan meningkatkan kapasitas dari program dan kebijakan sehingga mampu membantu pemerintah dalam mewujudkan generasi Emas di 2045 yang sehat dan bebas dari stunting” tutup Febrian.
Penulis : Dewi Setyarum M
Editor : FX Danarto SY