Penulis: Riza Fatma Arifa (Peneliti Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Baru-baru ini beredar video viral yang menunjukkan sekelompok warga mengembalikan sampah ke pemilik rumah yang membuang sampah sembarangan telah menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Viralnya video tersebut tentunya merupakan suatu bentuk sanksi social yang diberikan masyarakat kepada pelaku. Peristiwa ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mulai peduli terhadap masalah sampah dan berupaya untuk mengembangkan budaya memilah sampah yang sehat dan berkelanjutan.
Saat tulisan ini disusun, penulis mengamati bahwa pemandangan tumpukan sampah banyak ditemui di sudut-sudut Yogyakarta. Selain itu kualitas udara sejak bulan Mei 2024 hingga saat ini menunjukkan tingkat polusi udara pada kategori sedang dengan konsentrasi polutan utama 5,2 kali nilai standart yang ditetapkan dalam panduan kualitas udara tahunan WHO. Kemungkinan pembakaran sampah yang dilakukan oleh masyarakat menambah tingkat polusi udara. Kondisi lingkungan di Yogyakarta ini mungkin salah satunya disebabkan oleh penutupan TPA Piyungan karena over kapasitas sejak tanggal 1 Mei 2024. Sebenarnya TPA Piyungan sudah melakukan sistem buka tutup sejak tahun 2023. Namun, ketidaksiapan pemerintah untuk beralih ke tata kelola alternatif pengganti TPA Piyungan dan belum juga adaptasi perubahan perilaku di tingkat masyarakat dalam mengelola dan memilah sampah dengan tepat membuat persoalan sampah belum dapat teratasi dengan baik. Hal ini yang semakin membuat sentimen negatif masyarakat terkait tata kelola sampah di DIY. Sebanyak 49,7% cuitan negatif terkait sampah di sepanjang tahun 2023 pada platform x atau twitter (Yusanto & Akbar, 2024) dan 37,3% merupakan konten sentimen negatif yang kecewa terhadap permasalahan sampah pada Youtube (Yuliansyah et al., 2024).
Persoalan sampah tidak dapat dianggap remeh, karena jika sampah tidak dikelola dengan baik dapat menimbulakan permasalahan baru seperti masalah kesehatan, estetika lingkungan, ketahanan keluarga hingga nasional. Bahkan pengelolaan sampah yang tidak baik juga bisa berdampak terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Apalagi Yogyakarta yang juga tertumpu dengan pariwisata, masalah sampah bisa mengancamnya. Wisatawan enggan mengunjungi tempat wisata karena merasa tidak nyaman dengan sampah, sehingga wisatawan akan menurun dan akan berdampak kepada penghasilan masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata. Selain itu, sampah juga dapat menurunkan kualitas sumber daya alam yang menyebabkan turunnya kualitas produksi dan tidak memiliki nilai ekonomis. Namun, jika sampah dikelola dengan baik dan benar, maka dapat menjadi sebuah bisnis dan menciptakan lapangan kerja baru. Bahkan, sampah juga dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif.
Memang sampah di Indonesia pada umumnya menjadi persoalan yang cukup rumit, karena belum terbangunnya sistem manajemen sampah di berbagai wilayah dan membudayakan pengelolaan sampah yang tepat dan benar di tingkat masyarakat. Selain kebijakan dan keseriusan pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah, sebenarnya peran fungsi keluarga dapat membantu mengurai permasalahan sampah ini. Karena menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2023, sebagian besar atau 39 persen sampah di Indonesia merupakan sampah yang berasal dari keluarga atau rumah tangga. Sambil menunggu infrastruktur dan tata kelola sampah yang sesuai untuk diterapkan di semua wilayah, kebiasaan mengelola sampah rumah tangga sudah sepatutnya dapat segera dimulai dari sekarang. Membentuk kebiasaan dan budaya mengelola sampah ini dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Seperti negara Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan negara Eropa lainnya perlu puluhan tahun untuk membudayakan masyarakat dalam mengelola dan memilah sampah. Jika keluarga dapat berperan maksimal dalam mengelola sampah di sekitar lingkungan tempat tinggal atau rumah maka kebiasaan ini pun dapat berlanjut juga di tempat-tempat publik. Pada akhirnya, persoalan sampah dapat teratasi.
Keluarga dapat mengajak setiap anggota untuk menjaga lingkungan tempat tanggalnya untuk mengelola sampah dengan cara yang benar. Contohnya, dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, keluarga dapat memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada anak-anak tentang pentingnya memilah sampah dan cara-cara yang efektif untuk mengelola sampah di rumah. Edukasi yang terus menerus ini dapat membantu mengembangkan budaya peduli sampah.
Banyak penelitian menunjukan bahwa peran perempuan, terutama ibu rumah tangga, memiliki peran sentral dalam mengelola sampah di rumah (Hadiningrat, 2020; Utami & Godjali, 2020; Zulianti, 2017). Dukungan semua anggota keluarga dapat membantu ibu rumah tangga untuk lebih aktif dalam mengelola sampah. Budaya peduli sampah dapat lebih efektif diterapkan dengan menggunakan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk mengurangi, mengulang, dan mengolah kembali sampah. Dengan begini maka diharapkan peran keluarga dapat membantu mengurangi volume sampah dan mengembangkan budaya yang lebih peduli terhadap lingkungan.
Perubahan iklim merupakan isu dunia saat ini yang mendapat banyak perhatian, tak terkecuali pemerintah pusat dan daerah di Indonesia. Dengan melakukan perubahan kecil pada keluarga mengenai tata kelola sampah yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan keluarga sehingga mempermudah keluarga dan anggotanya beradaptasi terhadap dampak dari perubahan iklim.
Referensi
Hadiningrat, G. (2020). Women’s Role in Food Waste Management in Indonesia (Study Case in Bandung). 31(Ismophs 2019), 31–35. https://doi.org/10.2991/ahsr.k.201203.006
Utami, W. K., & Godjali, M. R. (2020). The Role of Women in Empowerment and Improvement of Community Literation through Waste Management. Journal of Governance, 5(2), 164–178. https://doi.org/10.31506/jog.v5i2.8159
Yuliansyah, H., Mulasari, S. A., Sulistyawati, S., Ghozali, F. A., & Sudarsono, B. (2024). Sentiment Analysis of the Waste Problem based on YouTube comments using VADER and Deep Translator. Jurnal Media Informatika Budidarma, 8, 663–673. https://doi.org/10.30865/mib.v8i1.6918
Yusanto, Y., & Akbar, M. (2024). Analisis Sentimen Jogja Darurat Sampah di Twitter menggunakan Ekstraksi Fitur Model Word2Vec dan Convolutional Neural Network. TIN: Terapan Informatika Nusantara, 4(10), 679–688. https://doi.org/10.47065/tin.v4i10.4952
Zulianti, Z. (2017). Peran Paguyuban Pemulung Wanita Di Tpsp Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Natapraja, 5(2), 127–136. https://doi.org/10.21831/jnp.v5i2.18762