Meski Angka Stunting Sleman Turun, Upaya Pencegahan Tidak Boleh Kendor

SLEMAN – Perwakilan BKKBN DIY bekerja sama dengan Komisi IX DPR RI H Sukamto melaksanakan kegiatan promosi dan kie program percepatan penurunan stunting diwilayah khusus. Kegiatan yang berlangsung di pondok pesantren sunan Ampel, Dukuh Bajeng, Maguwoharjo Depok Sleman Selasa (16/01/2024) ini menghadirkan 200 orang peserta yang terdiri dari kader kelompok-kelompok kegiatan, Tim Pendamping Keluarga, kader Institusi Masyarakat Pedesaan, Kelompok PIK Remaja, Ibu Hamil/menyusui, PUS, Remaja, Calon Peserta KB dan Calon Pengantin.

Sosialisasi ini juga dihadiri oleh kepala OPDKB Kabupaten Sleman Wildan Solichin SIP, MT yang sangat mengapresiasi kegiatan ini untuk percepatan penurunan stunting. Dalam materinya Wildan menyampaikan bahwa di Kabupaten Sleman berdasarkan e-PPGBM (Aplikasi Elektronik – Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) real time tahun 2022 angka stuntingnya adalah 6,88% dan turun mejadi 4,51 % di 2023. Wildan menekankan kepada seluruh peserta agar memperhatikan asupan gizi yang cukup untuk mencegah stunting.

“Makanan yang dikonsumsi bukan hanya yang diinginkan tetapi juga yang dibutuhkan oleh tubuh,” ajak Wildan. Ditambahkannya bahwa 60 persen anak yang mengalami stunting di Sleman adalah anak yang hidup dalam keluarga yang ada perokok. Pihaknya menghimbau para perokok untuk menjauh dari lingkungan rumah. Selain itu keluarga beresiko stunting 95 % bukan dari keluarga miskin , tetapi lebih karena pola perilaku dan pola asuh yang tidak memperhatikan kandungan gizi yang dibutuhkan dalam makanan yang dikonsumsi.

Sementara itu Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Dra. Andi Ritamariani, M.Pd menegaskan bahwa pencegahan stunting dimulai sejak dari proses perencanaan kehamilan. Asupan gizi yang lengkap sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang apabila tidak terpenuhi akan mengakibatkan resiko stunting anak akan mengalami gangguanl peratumbuhan dan terhambat perkembangan kecerdasdannya. selama hidup akan mengalami ketergantungan terhadap orang lain karena keterbatasanya.

Dalam materinya Ritamariani juga menyampaikan bahwa untuk mencegah terjadinya kasus stunting ada beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya mengkonsumsi makanan bergizi yang tinggi protein terutama bagi calon pengantin, ibu hamil, menyusui, dan baduta. Selain itu catin dipastikan dalm kondisi sehat yang bisa diketahui dari lingkar lengan atas catin wanita minimal 23,5 cm. Jika kurang berarti terlalu kurus dan dianjurkan untuk menunda kehamilan.

Selain itu khusus untuk ibu hamil selama kehamilannya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan setidaknya 8 kali dengan kenaikan berat badan di setiap bulannya. Diingatkan Ritamariani untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan, dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI setelah sampai anak berusia dua tahun.

“Jangan lupa untuk menggunakan alat kontrasepsi sebagai sarana pencegah kehamilan ataupun menjaga jarak kehamilan,” tutup Ritamariani

Kegiatan ini di tutup dengan materi dari narasumber Komisi IX DPRRI sebagai mitra BKKBN yaitu bapak H. Sukamto, SH yang disela kesibukannya menghadiri sidang paripurna menyempatkan diri untuk menyampaikan pesan-pesannya secara virtual. Sukamto menegaskan bahwa kejadian stunting harus dicegah mulai dari perencanaan pernikahan, perencanaan kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Pihaknya juga msekankan bahwa anak, ibu hamil dan catin untuk mengkonsumsi minimal dua butir telur sehari selain makanan utama yang lain, menghindari merokok di sekitar ibu hamil dan baduta yang beresiko stunting untuk mewujudkan generasi emas Indonesia.

Penulis : Dewi Setyarum M
Editor : FX Danarto SY

Post Terkait

Leave a Comment