Yogyakarta (Kemendukbangga) – Fenomena satu ini sepertinya kurang mendapatkan perhatian, meski dampaknya pada tumbuh kembang anak sangat besar. Sekitar 20,9% anak Indonesia kehilangan kehadiran ayah mereka, baik akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga (studi UNICEF, 2021). Sedangkan menurut KPAI, baru 20,9% ayah terlibat langsung dalam pengasuhan anak.
“Minimnya kehadiran ayah dalam pengasuhan dapat berdampak pada pertumbuhan emosional, kognitif, dan sosial anak. Anak-anak yang tumbuh dengan kehadiran ayah yang aktif cenderung memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, keterampilan sosial yang lebih baik, dan memiliki risiko lebih rendah terhadap perilaku menyimpang,” tegas Kepala Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/ Perwakilan BKKBN DIY M. Iqbal Apriansyah.
Iqbal menyampaikan hal tersebut dalam sambutannya mengawali kegiatan dalam rangka mendorong peran aktif para ayah/calon ayah dalam pengasuhan anak dan pendampingan remaja. Bertempat di Ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kampus I pada hari Rabu (16/4/2025) Kemendukbangga/ Perwakilan BKKBN DIY telah menyelenggarakan kegiatan Tamasya di Kelas Orangtua Hebat Seri 3 : Edisi Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).
Kegiatan yang bertema “Membangun Masa Depan Dari Rumah” tersebut diawali dengan sambutan dan penguatan dari Dekan Fakultas Psikologi UAD Elli Nur Hayati, M.P.H., Ph.D., Psikolog dan selanjutnya dibuka secara resmi oleh Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah. melalui daring dan dihadiri oleh 75 orang peserta terdiri dari unsur TNI, Polri, Kanwil Kemenag DIY, OPD KB Pemda DIY dan Kabupaten/Kota, Disdikpora DIY, DPMKKPS DIY, IPeKB DIY dan Kabupaten/Kota, Fakultas Psikologi UAD, Himpsi DIY, AP2TPI, Duta dan Forum Genre DIY, serta dari Komunitas-komunitas Ayah mitra Perwakilan BKKBN DIY. Sedangkan secara luring, sebanyak 200 mahasiswa UAD yang notabene adalah calon ayah mengikuti kegiatan ini.
Pengasuhan tidak lagi bisa dipandang sebagai Ibu saja. Dalam pendekatan parenting berbasis kesetaraan, baik ayah maupun ibu memegang peran yang setara, saling melengkapi, dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan rumah yang kondusif bagi pertumbuhan anak. Namun dogma yang ada di masyarakat Indonesia berbeda yaitu masyarakat masih beranggapan bahwa pengasuhan anak merupakan tanggung jawab utama seorang ibu, sementara ayah hanya perperan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Selama bertahun-tahun, peran ayah dalam pengasuhan dianggap sekedar pelengkap dan terpinggirkan. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan aktif seorang ayah dalam proses tumbuh kembang anak memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan kognitif, emosional, sosial, hingga pembentukan karakter anak.
Perkembangan kognitif, kompetensi sosial sejak dini juga dipengaruhi oleh kelekatan hubungan emosional serta ketersediaan sumber daya yang diberikan oleh ayah. Ayah yang hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional dan spiritual dapat menjadi role model yang kuat, tempat anak
belajar tentang nilai, integritas, empati, serta cara menghadapi dunia.
Dekan Fakultas Psikologi, Elli Nur Hayati, M.P.H., Ph.D juga menegaskan bahwa ayah berperan dalam pengasuhan dan turut ikut serta terjun ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah perkembangan anak dan generasi mendatang karena ini adalah masalah bersama dari berbagai kalangan.
Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Kemendukbangga/Perwakilan BKKBN DIY dengan Komunitas Lingkar Ayah Indonesia dan deklarasi Komitmen Bersama dalam rangka menggalang dukungan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) oleh Kepala Kemendukbangga/Perwakilan BKKBN DIY, Kelompok Keluarga Berencana (KB) Pria Satriyo Widodo, Komunitas Aliansi Laki-Laki Baru, The Aqil Baligh Institute, Si Anak Hebat, Ayah ASI Yogyakarta, dan Ayah Peduli ASI Jetis Sleman.
penulis :
Ratnajulie dan Ahmad Affandi
