SLEMAN – Kepala BKKBN RI, DR (HC) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) berpesan kepada sekitar 400 orang Tim Pendamping Keluarga (TPK), Kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP), Kelompok PIK remaja, Ibu hamil/menyusui, Pasangan Usia Subur, Calon Peserta KB, Calon Pengantin di Kabupaten Sleman agar hati-hati terhadap paparan asap rokok karena dapat merugikan kesehatan, gangguan kehamilan dan janin serta dapat menjadi penyebab stunting pada anak.
Hal tersebut disampaikan oleh dokter Hasto, panggilan akrab Kepala BKKBN, pada acara Sosialisasi dan KIE Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana Bersama Mitra Kerja di Gedung Serbaguna Denggung, Sleman, Jumat (26/01/2024).
“Merokok di dekat ibu hamil sangatlah berbahaya. Bahan kimia yang terdapat dalam rokok akan masuk ke aliran darah ibu hamil dan janin sehingga dapat mengganggu perkembangan janin, kelainan genetik serta cacat bawaan lahir” demikian dokter Hasto mengingatkan. Hal ini harus menjadi perhatian serius terutama bagi para calon ayah, merokok boleh asalkan jangan dekat-dekat dengan Ibu Hamil, anak-anak dan kelompok rentan lainnya. Resiko keguguran pada trimester pertama akan meningkat bila ibu hamil terpapar asap rokok.
Paparan asap rokok pada ibu hamil juga dapat meningkatkan resiko bayi lahir dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5 kilogram. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, masalah pada saluran cerna, gangguan otak, dan kekurangan gula darah. Hal tersebut ditegaskan dokter Hasto akan meningkatkan resiko stunting pada anak.
Ketua TPPS Kabupaten Sleman, Danang Maharsa yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Sleman mengungkapkan data bahwa kasus stunting di Kabupaten Sleman ternyata kebanyakan terjadi pada keluarga yang tergolong tidak miskin sebanyak 95 persen kasus dan hanya 5 persen kasus terjadi pada keluarga miskin. Dengan demikian kasus stunting tidak selalu identik dengan kemiskinan.
Danang melaporkan hal tersebut merupakan fakta yang diperoleh setelah pihaknya melakukan evaluasi di 17 kapanewon (kecamatan) di Kabupaten Sleman tentang penanganan stunting di wilayah kalurahan masing-masing yang berhasil mengidentifikasi bahwa faktor yang paling banyak mempengaruhi kondisi stunting di Sleman adalah karena pola asuh dan pola makan serta paparan asap rokok yang masif. Paparan asap rokok pada ibu hamil dan anak ini ditemui di semua wilayah.
Danang mencontohkan seperti yang ditemukan di Kapanewon Minggir yang terkenal sebagai penghasil beras, namun angka stuntingnya tertinggi dikarenakan kurangnya perhatian terhadap pola makan dan pola asuh anak akibat orangtua sibuk bekerja dan pengasuhan anak diserahkan kepada pembantu rumah tangga atau kakek/neneknya yang tidak paham pola makan sehat. Akibatnya, pertumbuhan anak terhambat. Hal ini yang harus segera dibenahi dan mendapatkan perhatian lebih lanjut, tambahnya.
Sementara itu Dr. dr. Riyo Kristian, MH. Kes yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut menguatkan pernyataan bahwa asap rokok dapat mengganggu kesehatan, gangguan kehamilan Ibu dan janin. Dr. Riyo juga berpesan kepada peserta yang hadir untuk bersama-sama menurunkan kasus stunting bahkan zero stunting ditahun 2024 ini dengan menerapkan berbagai cara yang diantaranya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada catin sejak sebelum pasangan menikah dengan memeriksakan kadar HB dalam darah dan lingkar lengan atas.
Dr. Riyo menambahkan jika HB atau hemoglobin atau kadar protein didalam darah minimal sebaiknya untuk Wanita sebelum hamil adalah 11 dan lingkar lengan atas 23,5 cm. Hal ini bertujuan agar saat menikah dan kemudian hamil, ibu dan bayi yang dikandung dalam kondisi kesehatan yang baik sehingga terhindar dari stunting. Selanjutnya pola makan dan pengasuhan harus diperhatikan, termasuk pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan.
Selanjutnya ibu hamil selama dalam masa kehamilannya harus terpenuhi asupan gizi yang cukup dan seimbang serta periksa ke dokter minimal 6 kali untuk mendeteksi kondisi janin. Setelah melahirkan diharapkan segera menggunakan alkon untuk mencegah kehamilan dalam waktu dekat sehingga dalam satu keluarga tidak mengasuh dua anak balita dan supaya ibu bisa fokus mengurus anak balita tersebut.
Penulis : Ewang Sewoko dan Wawan Tri Nugroho