Dukung Pencegahan Stunting, Anggota DPR RI Yakini Makan Siang Di Sekolah Tingkatkan Kualitas Hasil Belajar

YOGYAKARTA — Dalam kaitan dengan agenda percepatan penurunan angka stunting, anggota DPR RI Ibnu Mahmud Bilalludin mengungkapkan dukungannya atas program makan siang di sekolah yang nantinya akan dilaksanakan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto.

 

Ibnu menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber pada kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting bersama Direktorat KIE BKKN di Joglo Tamansari, Kelurahan Patehan, Kemantren Kraton Kota Yogyakarta, Sabtu (08/06/2024). Sedianya sosialisasi mengagendakan anggota DPR R H. Sungkono (Komisi IX) sebagai narasumber di Kemantren  Kraton ini, namun karena yang bersangkutan sedang menjalankan ibadah haji maka digantikan oleh rekan dari fraksi yang sama (Fraksi PAN).

 

“Di Jepang itu (sudah dilaksanakan) sejak akhir abad 19, saat masa kekaisaran Meiji,” ungkap Ibnu. Tujuannya untuk memajukan kualitas pendidikan dan meningkatkan status gizi para murid. Diawali inisiatif sejumlah biksu yang pada 1889 secara sukarela memasakkan makan siang bagi murid-murid yang tidak membawa bekal dari rumah, program ini lantas diadopsi oleh pemerintah kekaisaran dan menjadi program di seluruh sekolah di Jepang. Program ini masih terus berjalan sampai sekarang bagi murid pra taman kanak-kanak dan jenjang di atasnya, dan terbukti anak-anak Jepang menjadi pintar dan nyaris tidak ditemukan kasus stunting.

 

Pada kesempatan berikutnya Direktur Komunikasi, Informasi, dan Eduskasi (KIE) BKKBN Soetriningsih menekankan pentingnya pendewasaan usia saat menikah pertama kali. Undang-undang Perkawinan mensyaratkan baik pria maupun wanita minimal berusia 19 tahun untuk dapat menikah secara sah, namun BKKBN mensosialisasikan usia menikah yang ideal adalah 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Hal ini terkait kesiapan calon pengantin untuk bertanggung jawab dalam mengelola rumah tangganya.

 

“Saat sudah berusia 21, (wanita) secara fisik maupun psikologis sudah matang untuk menikah dan melahirkan. Demikian juga usia 25 tahun bagi laki-laki sudah lulus sekolah dan sudah memasuki dunia kerja, sehingga dapat bertanggung jawab terhadap keluarganya,” jelas Soetriningsih.

 

Selanjutnya setelah menikah, Soetriningsih berpesan untuk memperhatikan 4T atau empat terlalu agar dihindari. Hindari hamil dan melahirkan pada usia terlalu muda atau terlalu tua. Terlalu muda rahim belum siap menyokong kehidupan bagi janin, sedangkan jika terlalu tua kehamilan akan beresiko baik bagi ibu maupun bayinya. Dua terlalu berikutnya adalah terlalu sering (banyak) hamil dan terlalu dekat jarak dengan kehamilan sebelumnya. Jika 4T ini diperhatikan, niscaya risiko lahir anak stunting dapat dihindari.

 

Menyambung pesan Soetriningsih, Plt. Kepala Perwakilan BKKBN DIY Muhammad Iqbal Apriansyah mengingatkan pentingnya pengasuhan anak pada 1000 hari pertama kehidupan, atau sejak pembuahan sampai anak berusia usia dua tahun. Masa ini merupakan masa krusial yang menentukan perkembangan anak selanjutnya.

“Itu adalah masa keemasan, masa yang sangat berharga yang kalau tidak kita jaga akan gawat nanti” demikian Iqbal mewanti-wanti. Dijelaskannya bahwa pertumbuhan volume otak anak akan mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, dan setelahnya sampai dewasa nanti tidak akan berkembang lagi, atau hanya sedikit saja berkembangnya. Hal ini dikarenakan tulang tengkorak sudah maksimal pertumbuhannya yang ditandai dengan menutup (mengeras)nya ubun-ubun bayi.

 

Maka menurut Iqbal pertumbuhan sel-sel otak harus dimaksimalkan dengan memberikan asupan gizi yang cukup. Kolostrum, atau ASI yang pertama keluar setelah melahirkan harus diberikan, jangan dibuang. Kolostrum berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang lebih kental daripada ASI. Kolostrum agak lambat keluar saat dihisap agar bayi baru lahir belajar menyusu, bernapas, mengisap, dan menelan. Kolostrum juga mengandung imunoglobulin dan antioksidan yang berfungsi untuk memberikan imunitas pasif pada bayi dan mendukung daya tahan tubuh bayi baru lahir dalam melawan infeksi bakteri, virus, atau jamur.

 

Selanjutnya selama 6 bulan pertama, bayi harus diberikan asupan hanya ASI saja atau ASI eksklusif karena sistem pencernaan bayi belum siap untuk mencerna selain ASI. Setelah 6 bulan kualitas ASI sudah menurun sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat sehingga perlu mulai diberikan makanan sebagai pendamping ASI yang tetap bisa diberikan sampai bayi usia dua tahun.

 

Sekretaris DP3AP2KB Kota Yogyakarta Sarmin hadir dan memberikan gambaran tentang upaya dan capaian program penurunan stunting di Kota Yogyakarta.  Sebanyak 200 orang mengikuti kegiatan sosialisasi ini. Mereka adalah para tokoh masyarakat, kader dan anggota Tim Pendamping Keluarga, serta generasi muda di Kota Yogyakarta. Peserta mengikuti dengan seksama sampai acara ditutup dengan pembagian doorprize, baik yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan narasumber maupun yang diundi berdasarkan nomor presensi kehadiran.

penulis : FX DANARTO SY

 

Post Terkait