dokter Hasto instruksikan pengukuran serentak di posyandu agar diketahui angka stunting yang sebenarnya

SLEMAN — Menanggapi hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang antara lain menunjukkan angka stunting selama 2023 hanya turun 0,1% menjadi 21,5% (dibanding 2022 sebesar 21,6%), Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengungkapkan hal tersebut tidak perlu dirisaukan walau memang tidak sesuai perkiraan mengingat gencarnya upaya yang dilakukan bukan hanya oleh BKKBN dan Kementerian Kesehatan namun juga lintas sektor di pusat sampai tingkat bawah selama ini.

 

“Mestinya datanya (data stunting) bisa dicek kembali. Oleh karena itu saya mohon pada bulan Juni ini lakukan pengukuran yang sebaik-baiknya untuk koreksi (angka stunting hasil SKI 2023), ajak dokter Hasto dihadapan hampir 1.500 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) se-Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (15/06/2024).

 

Para anggota TPK tersebut bertemu di Ballroom Sleman City Hall di Jalan Magelang dalam kegiatan bertajuk “Sinergi penguatan tenaga lini lapangan” guna mensukseskan program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting.

 

“Sebetulnya bahan pangan yang bergizi tersedia melimpah di sekitar kita, namun yang terjadi sering kita tidak memperhatikan muatan gizi yang diberikan kepada anak-anak” ungkap dokter Hasto. Dicontohkannya telur yang murah dan mudah didapatkan sejatinya mengandung protein tinggi yang bagus untuk mencegah stunting. Demikian pula dengan Ikan Lele yang kandungan protein, DHA dan Omega 3-nya lebih bagus dibanding daging sapi yang lebih mahal.

Intervensi serentak berupa pengukuran dan penimbangan balita yang dicanangkan berlangsung selam bulan Juni di seluruh Posyandu di semua wilayah ini merupakan gerakan untuk mempergiat upaya percepatan penurunan stunting, yang menurut Survei Kesehatan Indonesia hanya mengalami penurunan sebesar 0,1% saja dibanding angka stunting tahun 2022.

 

Kementerian Dalam Negeri juga telah mengeluarkan 10 arahan kepada para kepala daerah, diantaranya untuk memastikan seluruh Posyandu memiliki alat antropometri terstandar dan seluruh kadernya mampu melakukan pengukuran dan penimbangan tinggi/berat badan dengan benar. Juga agar hasil pengukuran dan penimbangan tersebut dipastikan terlaporkan ke dalam sistem informasi (e-ppgbm) pada hari yang sama (real time) agar dapat diketahui prevalensi stunting yang riil sebagai pembanding hasil survei SKI.

 

Seperti diketahui, banyak daerah (provinsi dan kabupaten kota) yang angka stuntingnya mengalami kenaikan menurut hasil SKI 2023. Hanya sebagian kecil yang mengalami penurunan sehingga secara nasional angka stunting hanya turun 0,1% saja. DIY bahkan mengalami kenaikan angka stunting sebesar 1,6% dari 16,4% (2022) menjadi 18,0% pada 2023.

 

Senada, kepada awak media Plt. Kepala Perwakilan BKKBN DIY Muhamad Iqbal Apriansyah menyatakan tidak percaya begitu saja angka stunting di wilayah kerjanya ini naik 1,6%. Dirinya telah mendorong seluruh jajarannya di BKKBN DIY untuk bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota melalui OPD KB untuk memastikan pengukuran dan penimbangan di Posyandu dapat menjaring minimal 95% balita di DIY ditimbang dan diukur berat serta tinggi badannya.

 

Selain Kepala BKKBN, Psikolog Veny Hidayat turut memberikan penguatan untuk memotivasi para anggota Tim Pendamping Keluarga dalam menjalankan peran pendampingan kepada keluarga risiko stunting. Menurut Veny, pengasuhan atau parenting merupakan salah satu kunci dalam menciptakan keluarga yang berkualitas. Termasuk pengasuhan dalam hal pola makan agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal dan terbebas dari stunting.

 

Dalam kegiatan ini BKKBN mengundang anggota TPK dari 438 kalurahan/kelurahan, masing-masing 3 orang anggota per TPK. Kegiatan Direktorat Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) BKKBN RI yang diselenggarakan di Sleman ini dihadiri oleh Direktur KIE Soetriningsih. Selain kader TPK juga dihadiri oleh para pengelola program KB dan Perecepatan Penurunan Stunting Kabupaten/Kota dan para Penyuluh KB.

 

Penulis : FX Danarto SY

Post Terkait