Cegah Kepikunan, Dinas P3AP2KB Sleman Kembali Luncurkan Sekolah Lansia

SLEMAN — Kepikunan atau demensia merupakan masalah umum yang dialami oleh lanjut usia (lansia) maupun pra-lansia. Golongan yang lebih muda bisa juga lebih dini mengidap demensia apabila mengalami trauma atau benturan pada kepala. Namun memang pengidap kepikunan umumnya adalah para lansia. Di luar trauma, penyebab resiko munculnya kepikunan pada lansia adalah stress/depresi, stroke dan hipertensi, kurang gerak, serta dampak kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan rokok.

Salah satu upaya mencegah kepikunan adalah dengan mengikuti program Sekolah Lansia. Hal tersebut dikemukakan Dwi Endah Kurniasih, Direktur Indonesia Ramah Lansi (IRL) pada peluncuran Sekolah Lansia di Balai Kalurahan Tegaltirto, Berbah Sleman, Selasa (21/05/2024). Kepala Dinas P3AP2KB Sleman Wildan Solichin mewakili Bupati secara resmi meluncurkan Sekolah Lansia pada Kelompok Bina Keluarga Lansia “Lentera” di Padukuhan Kadisono, didampingi Yuni Hastutiningsih mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY.

“Kepikunan atau demensia ditandai dengan penurunan daya ingat” ungkap Dwi Endah. Dimulai dengan menurunnya ingatan jangka pendek seperti lupa dimana menaruh barang, menanyakan kembali nama orang yang baru saja dikenalkan dan sebagainya. Jika tidak dilakukan upaya apapun, gejala ini dapat menjadi semakin parah dan melemahkan memori jangka panjang. Dalam kondisi berat, penderita akan sering mengalami kebingungan hendak melakukan apa atau bahkan tidak mengenali orang-orang terdekatnya. Hal ini bisa menimbulkan frustrasi dan stress yang makin memperparah kepikunan.

Kepikunan juga ditandai dengan menurunnya kemampuan berkomunikasi. Karena demensia adalah pelemahan kemampuan otak, maka penderitanya seringkali kesulitan dalam mengemukakan keinginannya, yang bisa menambah frustrasi lansia itu sendiri dan menyulitkan orang terdekatnya dalam memberikan pengasuhan. Selain itu demensia juga dapat dikenali dari perubahan perilaku yang terjadi. Lansia menjadi cenderung menarik diri (menyendiri), sensitif dan mudah marah, mudah tersinggung, mudah curiga yang cenderung halusinatif jika makin parah.

Sekolah Lansia merupakan pengembangan dari kegiatan Kelompok BKL yang dibina BKKBN. Pada BKL, dilakukan pertemuan rutin bagi lansia dan keluarga dengan lansia dimana disampaikan materi-materi dan pembinaan oleh Penyuluh KB yang biasanya berkerjasama dengan tenaga medis setempat (Puskesmas).

Seringkali pula kegiatan BKL ini diintegrasikan dengan Posyandu Lansia sehingga ada kegiatan senam lansia dan pemeriksaan kesehatan sederhana. Dalam Sekolah Lansia, materi akan disampaikan oleh nara sumber yang kompeten dan dengan rancangan materi (kurikulum) yang sistematis, selama 8 kali pertemuan intensif.

Keaktivan peserta menentukan kelulusan, selain evaluasi oleh para pengelola Sekolah Lansia. Sebagaimana dijelaskan Yuni dari BKKBN DIY, peserta dinyatakan lulus apabila memiliki tingkat kehadiran minimal 80 persen sehingga bisa mengikuti wisuda. Selain menambah wawasan, mendapatkan latihan-latihan mencegah kepikunan, aktivitas di Sekolah Lansia diharapkan memberikan kebanggaan dan kegembiraan bagi para lansia.

Dalam pesan peresmiannya, Kepala Dinas P3AP2KB Sleman Wildan Solichin memahami penyelenggaraan sekolah lansia membutuhkan pendanaan yang lebih dari penyelenggaraan kelompok BKL reguler, sehingga pihaknya memaklumi jika BKKBN tidak bisa menginisiasi banyak sekolah lansia. Sekolah lansia yang dilaunching ini mendapatkan dukungan pendanaan dari APBD Kabupaten Sleman, yang dalam penyelenggaraannya bekerjasama dengan Indonesi Ramah Lansia dan BKKBN DIY.

Terlihat hadir Panewu Berbah Tri Akhmeriyadi dan Lurah Tegaltirto Sarjono beserta pengurus TP PKK Kapanewon Berbah dan Kalurahan. Sebanyak 100 orang lansia mengikuti pertemuan ini, 25 orang diantaranya merupakan “murid” sekolah lansia ini. Selesai diluncurkan secara resmi oleh Kepala Dinas P3AP2KB, dilanjutkan dengan pertemuan kelas yang pertama yang diisi materi oleh Direktur IRL Dwi Endah Kurniasih yang juga merupakan pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat pada Universitas Respati Yogyakarta.

 

Penulis : FX Danarto SY

Post Terkait