BKKBN latih 5.556 kader sebagai upaya Pencegahan dan Penurunan Stunting di D.I.Yogyakarta

Yogyakarta-Senin (26/2) Kepala Perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta, Dra. Andi Ritamariani, M.Pd didampingi oleh Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Sleman, Wildan Solichin, S.IP, MT., Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, Muhammad Daroji, S.KM, MPH, serta Panewu Berbah, Tri Ahmariyadi, S.P., M.Si. bertempat di Balai Kelurahan Kalurahan Tegaltirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman melakukan kick off Orientasi Tim Pendamping Keluarga (TPK). Orientasi TPK ini akan dilaksanakan sebanyak 111 angkatan dan diikuti oleh 5.556 orang kader TPK yang tersebar diseluruh kabupaten/kota di D.I.Yogyakarta.

Orientasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan TPK dalam melaksanakan tugas dan peran pendampingan kepada keluarga beresiko stunting. Tim Pendamping Keluarga (TPK) ini terdiri dari tiga komponen yaitu bidan, kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) serta kader Keluarga Berencana (KB). Pembentukan TPK ini sejalan dengan Peraturan Presiden RI No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dimana salah satu prioritas kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) adalah pelaksanaan pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan semua calon pengantin/calon Pasangan Usia Subur (PUS) dan surveilans keluarga berisiko stunting.

TPK menjadi salah satu strategi percepatan penurunan stunting dengan menggunakan pendekatan keluarga melalui pendampingan keluarga beresiko stunting untuk mencapai target sasaran, yakni calon pengantin (catin)/calon pasangan usia subur (PUS), ibu hamil dan menyusui sampai dengan paska salin, dan anak 0 – 59 bulan. Dalam kesempatan ini Kepala Perwakilan BKKBN D.I.Yogyakarta menyampaikan terimakasih kepada kader TPK atas dukungannya dalam upaya penurunan stunting dan berharap orientasi ini dapat memudahkan kader saat menjalankan tugas di lapangan. “Melalui orientasi ini harapannya dapat memudahkan kader dalam melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dalam upaya menurunkan dan mencegah stunting,” imbuhnya.

Setelah mengikuti kegiatan orientasi diharapkan TPK dapat melaksanakan Mekanisme Alur Pendampingan Tim Pendamping Keluarga, terampil dalam pelaksanaan Pemutakhiran Data Sasaran Keluarga Beresiko Stunting serta terampil dalam menggunakan Aplikasi ELSIMIL untuk mendukung Program Percepatan Penurunan Stunting pada wilayah kerjanya.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada periode 2018-2022, prevalensi stunting di DIY terus menurun dari 21,46% menjadi 16,4%. Orientasi ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya target prevalensi stunting pada RPJMN 2020-2024 mencapai 14%. (FYA)

Post Terkait