YOGYAKARTA – Berbeda dengan negara maju seperti Jepang dimana negara mengambil peran dalam perawatan jangka panjang bagi lansia dengan menyediakan panti lansia dan caregiver atau pramu lansia profesional untuk kunjungan rumah, budaya negara kita masih menganggap tabu perlakuan demikian. Lansia adalah tanggung jawab anak keturunan atau keluarganya, menitipkan lansia ke panti lansia dianggap tindakan yang tidak terpuji. Memahami nilai budaya tersebut, BKKBN mengembangkan program Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia berbasis keluarga.
Dalam kaitan program PJP bagi lansia berbasis keluarga tersebut Perwakilan BKKBN DIY untuk tahun 2023 ini memulainya dengan mengadakan kegiatan Orientasi PJP Berbasis Keluarga di Kota Yogyakarta dengan mengundang 26 perwakilan Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) yang adadi wilayah Kota Yogyakarta, Selasa (7/3/2023) bertempat di Resto Ingkung Grobog di Jalan Timoho Yogyakarta.
Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin yang diwakili Ketua Pokja Lansia Yuni Hastutiningsih menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan wawasan dan ketrampilan Kader dalam melaksanakan perawatan jangka panjang bagi lansia.
“Diharapkan para Kader ini selanjutnya dapat menularkan keterampilannya kepada para kader lainnya dan keluarga-keluarga di lingkungannya yang tinggal bersama lansia,” harap Yuni.
Salah satu dampak keberhasilan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan program KB dan keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya prosentase penduduk lansia dalam struktur penduduk menurut kelompok umur. Hal ini dikenal dengan istilah aging population yang terjadi karena adanya “lansia boom” atau percepatan pertambahan jumlah lansia, yang bila tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial.
Data BPS menunjukkan bahwa 4 dari 10 lansia tidak mampu merawat diri sendiri karena berada dalam kondisi kesehatan yang tidak baik, dan jumlahnya mencapai29,3 Juta (10,82% penduduk, BPS 2022). Sedangkan rasio ketergantungan lansia sebesar 16,76%, yang artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-59 tahun) harus menanggung 17 orang lanjut usia. Beban kelompok usia produktif masih ditambah menanggung kelompok umur di bawah 15 tahun. Jadi kelompok usia produktif menanggung beban dari atas (lansia yang tidak mandiri) dan dari bawah (usia di bawah 15 tahun), sehingga poluler dengan julukan “generasi sandwich” karena terjepit beban dari atas dan bawah sekaligus.
Kelompok usia lansia bagaimanapun adalah anugerah keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Namun agar tidak menjadi beban yang terlalu berat, maka para lansia harus diupayakan menjadi lansia yang sehat, tangguh dan mandiri. Berbagai upaya sudah dilakukan BKKBN melalui program Bina Keluarga Lansia. Dalam program ini antara lain termasuk Sekolah Lansia, Promosi 7 Dimensi Lansia Tangguh, demikian pula integrasi dengan program lintas sektor seperti dengan Posyandu Lansia. Namun demikian, karena sebab alami sebagian lansia tak terhindarkan berada pada kondisi yang membutuhkan pendampingan dan perawatan jangka panjang.
Setelah penyelenggaraan di Kota Yogyakarta, Orientasi Perawatan Jangka Panjang bagi lansia ini selanjutnya akan dilaksanakan di empat kabupaten lainnya, dengan sasaran seluruhnya 144 Kelompok BKL se-DIY. Dalam pelaksanaan Orientasi PJP ini BKKBN DIY bekerja sama dengan lembaga Indonesia Ramah Lansia (IRL) dan Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO) untuk penyajian materi.
Terdapat tiga materi pokok yang diberikana yaitu tentang Rujukan Pendampingan PJP, Mekanisme Operasional PJP Lansia, dan Pengenalan berbagai perawatan harian bagi lansia yang membutuhkan pendampingan jangka panjang.
Selain itu diberikan simulasi perawatan harian melalui video dan praktek serta permusan rencana tindak lanjut oleh wakil Kelompok BKL yang mengikuti orientasi.
Memberikan materi pada orientasi putaran pertama di Resto Ingkung Grobog ini Direktur IRL Yogyakarta Dwi Endah Kurniasih, SKM, MPH dan Thomas Aquino Erjinyuare Amigo S.Kep., Ns., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom., staf pengajar pada Universitas Respati Yogyakarta.(DSY