GUNUNGKIDUL—Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN melalui Perwakilan BKKBN DIY menyambangi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II B Wonosari guna memberikan sosialisai kesehatan reproduksi (kespro) kepada warga binaan yang kebanyakan berada pada usia subur.
“Kami ingin turut memberikan bekal bagi warga lapas agar dapat membaur ke dalam masyarakat setelah selesai menjalani masa binaan” ungkap Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah kepada media di tengah berlangsungnya sosialisasi, Senin (15/09). Meski tidak semuanya, kehidupan yang dijalani warga binaan sebelumnya menjadikan mereka kelompok risiko tinggi dalam hal kesehatan reproduksi.
Lapas Perempuan Wonosari membina 238 orang narapidana wanita. Diantara mereka bahkan menjalani masa binaan dalam keadaan hamil dan akhirnya melahirkan di lapas. Saat ini disamping warga binaan, Lapas Perempuan ini juga menampung dua orang balita, salah satunya lahir saat ibunya menjalani masa hukuman.
“Pemberian pengetahuan tentang kesehatan reproduksi menjadi penting, karena pada saatnya warga binaan lapas perempuan ini akan kembali kepada suami atau keluarganya” demikian dikatakan Kalapas Amiek Diyah Ambarwati saat membuka sosialisasi. Oleh karena itu pihaknya berterima kasih atas kerjasama dengan Perwakilan BKKBN DIY dengan serta turut menggarap warga binaan lapas.
Sosialisasi yang berlangsung santai di ruang pertemuan dengan lesehan tersebut menghadirkan dokter Trianawati (Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul) dan dokter MZ Fathurachman (Perwakilan BKKBN DIY). Menurut Trianawati, setidaknya terdapat lima kondisi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan secara umum serta kesehatan reproduksi wanita. Yang pertama adalah masalah kegemukan yang terjadi karena asupan gizi berlebih atau gizi yang tidak seimbang dalam jangka waktu lama.
Namun sebaliknya, kekurangan asupan gizi atau kekurangan energi kronis juga tidak kalah berbahaya. Demikian pula diet ketat karena ingin bentuk tubuh ideal secara tidak terkontrol harus dihindari. Trianawati juga menganjurkan agar tidak lupa menjaga asupan zat besi bila perlu dengan minum tablet zat besi agar terhindar dari anemia, terutama bagi yang masih mengalami menstruasi. Terakhir yang perlu diperhatikan adalah kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.

Peserta sosialisasi tampak antusias mengikuti kegiatan, yang merupakan selingan dari kegiatan rutin di Lapas Perempuan Kelas II B ini. Tidak semua penghuni lapas mengikuti sosialisasi, karena sebagian sedang mengikuti agenda rutin pelatihan ketrampilan, diantaranya batik tulis dan batik shibori, pertanian dan peternakan ikan, membuat roti dan kue, rajut dan kerajinan. Disamping itu selain program latihan ketrampilan ada juga yang sedang mengikuti pembinaan kepribadian yang salah satunya adalah latihan memainkan musik angklung.
Salah satu pengasuh lapas, Erawati Werdiningsih menambahkan produk-produk dari pelatihan ketrampilan tersebut dipasarkan dan keuntungannya sebesar 50% diterima warga binaan sebagai hasil kerja, 15% disetor sebagai Penghasilan Negara Bukan Pajak (PNBP), sedangkan sisanya digunakan untuk memperbesar usaha.
“Saat ini kami sedang merintis pemasaran melalui digital marketing, yaitu bekerja sama dengan platform Shopee, dengan branding produk “Lapujo”, akronim dari Lapas Perempuan Jogjakarta” pungkas Erawati. (*)
Penulis : FX Danarto SY