Beban Ganda Permasalahan Gizi : Stunting Pada Anak Dan Obesitas Pada Orang Dewasa

YOGYAKARTA — Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda berupa stunting pada anak dan obesitas pada orang dewasa. Angka stunting walaupun kecenderungannya menurun tetapi masih tinggi berdasarkan hasil survey kesehatan Indonesia (SKI 2023 dan SSGI 2022). Target stunting pada akhir 2024 sebesar 14% namun sampai akhir 2023 menurut SKI masih pada angka 21,6%. Di lain pihak, tingkat obesitas pada usia dewasa (18 tahun ke atas) masih tinggi (21,8%) dan tengah diupayakan agar bisa diturunkan pada akhir 2024.

Hal tersebut diangkat oleh Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc, Sc.D. pada kegiatan Promosi dan KIE Pengasuhan Balita Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting, yang diselenggarakan oleh Perwakilan BKKBN DIY melalui Tim Kerja Ketahanan Keluarga dan Pencegahan Stunting di Aula Kencana Perwakilan BKKBN DIY, Rabu (07/08/2024). Penyebab stunting bersifat multidimensional atau saling keterkaitan antar kemiskinan, akses pangan, pola asuh serta pola pemberian makan pada balita.

Sedangkan faktor risiko obesitas muncul karena kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi buah serta sayur yang kurang, serta tingginya konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL). Obesitas dapat dicegah melalui upaya promotif dan preventif dengan pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).

Masalah stunting di Indonesia bersifat multi dimensional sehingga perlu melibatkan multi sektor. Stunting terkait erat dengan derajat kesehatan ibu dan anak, yang menurut Prof. Siswanto semakin membaik.

“Apabila ibu tidak sehat maka anak juga akan ikut tidak sehat, (demikian juga) jika mental ibu tidak sehat akan mempengaruhi peran pengasuhan pada anak,” tandas Prof. Siswanto. Masalah gizi dan obesitas menjadi salah satu beban negara yang harus diselesaikan. Target 90% yang mengalami KEK diharapkan mendapatkan perbaikan asupan gizi dan pemberian tablet tambah darah selama 90 hari selama kehamilan.

Kegiatan ini sebagaimana disampaikan oleh Plt. Perwakilan BKKBN DIY M. Iqbal Apriansyah, dilaksanakan untuk meningkatkan upaya penurunan angka stunting melalui perhatian terhadap pola pengasuhan balita, dengan penekanan atau fokus pada seribu hari pertama kehidupan anak (sejak pembuahan)/1000 HPK  atau hingga anak berusia dua tahun.        Peserta kegiatan ini yaitu mitra kerja BKKBN, ibu hamil, keluarga yang memiliki Balita, dan Kader Bina Keluarga Balita (BKB).

“Fokus untuk menyelesaikan masalah stunting pada masa 1000HPK sampai anak berusia 2 tahun, memerlukan strategi baru dan inovasi termasuk bagaimana promosi dan informasi yang masif dan berkelanjutan di semua lini,” tutur Iqbal dalam sambutannya. Ditambahkannya, kebijakan pembangunan keluarga dilakukan melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dan dilaksanakan dengan cara peningkatan kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan dan pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak.

Dokter kandungan Dr. dr. Muhammad Nurhadi Rahman,SpOG, Subsp. Urogin-RE yang juga menyampaikan materi Persiapan dan Perawatan Kehamilan sebagai Upaya Pencegahan Stunting merekomendasikan agar ibu bersalin untuk langsung menggunakan alat kontrasepsi (KB Paska Persalinan).

“Untuk pemasangan KB AKDR (IUD) bisa langsung setelah pasca persalinan dan alat kontrasepsi lainnya baik dilakukan 28 hari pasca melahirkan bukan setelah 48 hari pasca melahirkan. Jika dilakukan saat 48 hari sudah terlambat untuk melakukan KB pasca persalinan karena dimungkinkan ibu sudah hamil lagi,” tandas dokter Nurhadi. Mempersiapkan pernikahan menjadi hal yang penting dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemenuhan gizi 90 hari sebelum penikahan untuk mempersiapkan kehamilan.

Selain itu kebersihan diri dan organ reproduksi serta sanitasi yang sehat perlu diperhatikan untuk menghindari penyakit dikemudian hari. Perempuan harus memperhatikan kesehatan reproduksi terutama dengan memperhatikan waktu penggunaan celana dalam dan penggunaan pembalut saat haid, supaya tidak ada bakteri yang tumbuh.

Dalam kegiatan ini, Ketua Tim Kerja KKPS Perwakilan BKKBN DIY Witriastuti Susani Anggraeni menyampaikan bahwa berdasarkan data SKI ada kenaikan angka stunting DIY dari 16,4 menjadi 18% selama 2023. Kabupaten yang mengalami penurunan yaitu Gunungkidul dan Sleman. Namun jika disandingkan dengan pemantauan pengukuran dilakukan setiap bulan oleh Dinas Kesehatan melalui Posyandu, menunjukkan stunting di DIY ada di angka 10,3%.

Data by name by address yang merupakan hasil pengukuran di Posyandu yang terlaporkan melalui aplikasi elektrionik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGMB) ini menjadi acuan dalam memberikan intervensi kepada sasaran. Salah satu upaya preventif yang dilakukan BKKBN dalam menyediakan data by name by address dengan melalui aplikasi Elsimil. Diharapkan para catin dapat mendaftar di aplikasi Elsimil 90 hari sebelum pernikahan guna mendeteksi dan perbaikan kondisi calon pengantin Wanita oleh Tim Pendamping Keluarga dalam mempersiapkan kehamilan supaya tidak melahirkan anak dengan resiko stunting.

 

penulis : Rizky Dian W/FX Danarto SY

Post Terkait