KULON PROGO — Stunting pada balita berdampak terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif. Program 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000HPK) sangat penting karena periode ini menentukan kondisi kesehatan dan pertumbuhan balita selama dua tahun pertama kehidupannya, yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia sepanjang sisa hidupnya ke depan.
Perspektif ini muncul dalam Guyonan Abah Kirun saat pentas bersama grupnya memberikan hiburan kepada masyarakat di Alun-alun Wates Kulon Progo Jumat (19/07/2024), dua hari sebelum puncak acara Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Abah Kirun adalah seorang komedian asal Madiun yang tenar dengan nama panggung Kirun di tahun 2000-an. Saat itu Kirun kerap tampil di televisi dalam acara kesenian Ludruk atau Ketoprak Humor, juga laris membintangi berbagai iklan. Ketika tampil kembali setelah sementara waktu jarang muncul di televisi, ditambahkan Abah di depan namanya, menyesuaikan juga dengan bertambahnya usia.
Lakon Pendekar Gunung Gangsir yang diangkat Abah Kirun mengisahkan bagaimana Joko Sambang, seorang pendekar yang datang dari arah Timur Laut yang menjadi legenda karena keberaniannya melawan penjajah Belanda di Gunung Gangsir.
Abah Kirun dengan candaannya yang khas, sering menirukan dialog heroik namun lucu Joko Sambang saat menantang penjajah Belanda (Landa, dalam bahasa Jawa) untuk keluar dari Pulau Jawa. Meskipun guyonannya kocak, pesan tentang perlawanan terhadap penjajah agar pergi meninggalkan wilayahnya ini menyiratkan semangat menumbuhkan kemandirian dan kesejahteraan bangsa.
Ada beberapa versi kisah Joko Sambang, tetapi semuanya memiliki kesamaan tentang kisah perlawanan Joko Sambang anak dari Lurah Bintoro yang menentang kerja paksa oleh penjajah Belanda dalam pembangunan Jembatan Porong. Setelah mengalahkan Belanda di wilayahnya, Joko Sambang mengatakan bahwa dirinya tidak akan mampu mengenyahkan seluruh penjajah namun akan ada masanya datang orang-orang cebol dari seberang lautan yang akan mengusir penjajah Belanda.
“Wahai Landa, besok kalau ada tahun satu sembilan empat dua, datang dari Timur orang-orang cebol (pendek), membawa umbul-umbul klaras, itu Landa harus keluar dari Tanah Jawa. Itu sebagai pembalasan dari Joko Sambang Pendekar Gunung Gangsir” ujar Abah Kirun. Orang cebol yang perkasa yang berhasil mengalahkan Belanda ini ujar Abah Kirun mengingatkan pesan dokter Hasto yang seringkali disampaikan yaitu bahwa “Stunting pasti pendek namun orang pendek belum tentu stunting”
Cerita tentang Joko Sambang Pendekar Gunung Gangsir dalam penuturan Abah Kirun mengingatkan kita akan tantangan nyata yang dihadapi masyarakat, seperti masalah stunting. Ketika penduduk desa mengadakan perayaan untuk menghormati pahlawan mereka, mereka juga menggalang kekuatan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang mempengaruhi pertumbuhan anak-anak mereka. Seperti kata Abah Kirun dalam guyonannya, mengalahkan stunting bukanlah perang melawan musuh dari luar, tetapi perjuangan untuk membangun kualitas hidup yang lebih baik bagi generasi yang akan datang, sebagaimana yang diimpikan oleh Joko Sambang dalam memerangi penjajah untuk masa depan yang lebih baik.
Kepala Biro Keuangan dan Pengelolaan BMN BKKBN RI Sunarto, SE, MM yang hadir malam itu menyampaikan bahwa kekurangan gizi yang terjadi pada stunting bisa disebabkan karena pola makan dan pola asuh yang keliru, sehingga tidak hanya pertumbuhan badan namun juga kecerdasan anak terhambat. Program Keluarga Berencana (KB) memiliki tujuan untuk menghindari kondisi tersebut seperti 4T (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat, dan Terlalu banyak) dalam perencanaan kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mengurangi angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan.
Jadi meskipun angka kelahiran di DIY sudah kurang dari dua, atau rata-rata perempuan usia subur memiliki anak kurang dari dua, kontrasepsi tetap didorong penggunaannya utamanya untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan atau menghindarkan 4T tersebut.
Berkenaan dengan upaya penurunan angka stunting, Pj. Bupati Kulon Progo, Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA, dengan bangga mengumumkan bahwa bulan timbang telah paripurna dengan persentase 100%. Artinya seluruh balita sasaran telah diukur dan ditimbang di Posyandu untuk mengetahui data riil kasus stunting di wilayahnya. Hal ini menunjukkan komitmen bersama dari semua pihak dan mitra termasuk masyarakat dalam menanggulangi masalah stunting. Keterlibatan masyarakat yang aktif dalam edukasi dan penguatan gizi serta kesehatan anak-anak, remaja maupun calon ibu merupakan faktor penting dalam mengatasi stunting.
Akhid Nuryati, SE, Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo yang juga hadir, menegaskan pentingnya sinergi antara kebijakan pemerintah daerah dan dukungan masyarakat dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan terkait kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, program-program seperti KB dalam Program Bangga Kencana tidak hanya menjadi instrumen untuk mengontrol pertumbuhan populasi, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Selain Sunarto, pejabat BKKBN RI yang hadir adalah Inspektur Wilayah I BKKBN , MV Chinggih Widanarto, SE., M.Si dan Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Soetriningsih S.Sos., MSi. Plt. Kepala Perwakilan BKKBN DIYMuhamad Iqbal Apriansyah beserta sejumlah Ketua Tim Kerja dan jajarannya juga terlihat menyaksikan penampilan Abah Kirun cs.
Penulis : Ratnajulie/Danarto SY