YOGYAKARTA – Perwakilan BKKBN DIY bekerja sama dengan Komisi IX DPR RI H Sukamto SH melaksanakan kegiatan Promosi Dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting (PPS) Di Wilayah Khusus. Kegiatan yang berlangsung di balai Cokrokembang, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta Jumat (19/01/2024) ini diikuti 200 orang peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat, kader kelompok kegiatan, Tim Pendamping Keluarga (TPK), kader Institusi Masyarakat Perkotaan, Kelompok PIK Remaja, remaja, calon pengantin, ibu hamil/menyusui, dan calon akseptor KB.
Plt. Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta Sarmin, S.IP., M.Si sangat mengapresiasi kegiatan ini untuk percepatan penurunan stunting. Dalam paparannya, disampaikan bahwa kolaborasi dalam PPS sangat penting. Kota Yogyakarta berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 angka prevalensi kasus stuntingnya adalah 13,8 persen. Angka tersebut melebihi target nasional tahun 2024 yaitu 14 persen. Walaupun angka prevalensi stunting terendah, warga dihimbau jangan berbangga dulu karena pada RPJMN tahun 2024 masih diharapkan dapat turun hingga 5 persen. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perlu penyiapan kondisi fisik remaja dengan minum tablet tambah darah, pendampingan pada ibu hamil, ibu menyusui dan baduta oleh Puskesmas, TPK dan Penyuluh KB. Pada akhir paparan disampaikan bahwa di kota Yogyakarta sudah terdapat dapur balita sehat, dapur sehat atasi stunting (dashat) dan banyak dukungan lembaga swasta untuk upaya PPS di Kota Yogyakarta.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Dra. Andi Ritamariani, M.Pd selain mengingatkan hal-hal pokok mengenai stunting yang harus dikuasai oleh para kader, yaitu paitu stunting, apa penayebabnya apa tanda-tandaanya, dan bagaimana mencegahnya. Ritamariani juga menyampaikan bahwa untuk mencegah terjadinya kasus stunting ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain mengkonsumsi makanan bergizi yang tinggi protein terutama bagi calon pengantin (catin), ibu hamil, menyusui, dan baduta. Apabila gizi tidak terpenuhi akan meningkatkan risiko stunting. Selain itu calon pengantin dipastikan dalam kondisi sehat yang bisa diketahui dari lingkar lengan atas catin wanita minimal 23,5 cm. Jika kurang berarti terlalu kurus dan dianjurkan untuk menunda kehamilan.
Selain itu bagi ibu hamil harus melakukan 8 kali pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan. Diingatkan Ritamariani untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan, dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) sampai anak berusia dua tahun.
“Pemberian asi eksklusif penting, terutama asi pertama yang berwarna kuning kaya kolostrum untuk imunitas bayi agar tidak mudah terserang penyakit” tutup Ritamariani.
Pafa bagian akhir, ditutup dengan paparan dari narasumber Komisi IX DPR RI sebagai mitra BKKBN, yaitu bapak H. Sukamto. Sukamto menegaskan bahwa pencegahan stunting sejak dini dapat dilakukan dengan menghindari 4 Terlalu, yaitu hamil terlalu muda, hamil terlalu tua, terlalu sering dan terlalu dekat jarak kehamilannya. Stunting harus dicegah mulai dari tahap perencanaan pernikahan, perencanaan kehamilan dan 1000 hari pertama kehidupan. Juga ditekankan bahwa anak, ibu hamil dan catin untuk mengkonsumsi minimal dua butir telur sehari selain makanan utama yang lain. Bagi ibu yang memiliki anak berisiko stunting harus segera konsultasi ke Puskesmas. Hindari merokok di sekitar ibu hamil dan baduta untuk wujudkan generasi emas Indonesia.
Penulis : Rahmat Hidayat dan Wawan Tri Nugroho