KOTA YOGYAKARTA – Sebagai anggota DPR RI yang bertugas di Komisi IX, kesibukan H. Sukamto tentu sangat tinggi. Walau begitu, bersama Perwakilan BKKBN DIY Sukamto menyempatkan menyapa sekaligus mengajak untuk lebih peduli akan stunting, dalam kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja yang dilaksanakan di Balai Serbaguna Kelurahan Bener, Kemantren Tegalrejo Yogyakarta, Selasa, (19/06/2023). Hadir mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin sekaligus memberikan materi, Sekretaris Zainal Arifin. Materi juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta Edy Muhammad.
Sukamto cukup fasih menyampaikan ajakannya dengan mengajak generasi muda dan kaum Ibu yang hadir untuk menghidarkan kasus stunting dengan tidak menikah terlalu muda atau terlalu tua, jarak kelahiran terlalu dekat, serta terlalu sering (banyak) melahirkan. Juga memperhatikan asupan gizi saat hamil. Juga selalu memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang. Semua itu demi masa depan bangsa karena anak yang stunting intelektualitasnya kurang berkembang, tidak pintar.
“Sebab kalau anak-anak kita tidak pintar, jangan harap mereka nantinya akan mampu atau berkesempatan turut mengatur negara ini” Sukamto mengingatkan. Intinya, anak harus sehat agar tidak stunting bila ingin masa depan bangsa lebih baik.
Sedangkan Kepala DP3AP2KB Edy Muhammad melaporkan angka stunting di Kota Yogyakarta sudah turun sampai di bawah target nasioanal 14 persen di tahun 2024, sehingga menjadi yang terendah diantara kabupaten lain di DIY.
“Tahun 2022 berdasarkan SSGI stunting Kota Yogyakarta berada di 13,8 persen dan diharapkan terus turun” ungkap Edy. Keberhasilan ini berkat upaya penanggulangan spesifik dan sensitif yang dilaksanakan seluruh jajaran Pemerintah Kota Yogyakarta.
Ditambahkan Edy, upaya pencegahan spesifik atau yang tekait langsung dengan penyebab stunting yaitu rendahnya asupan gizi diupayakan dengan gerakan Dapur Sehat di setiap Posyandu, bahkan jauh sebelum program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) diluncurkan secara nasional oleh BKKBN.
Sedangkan upaya sensitif yang merupakan faktor tidak langsung namun berpengaruh terhadap timbulnya stunting diupayakan dengan peningkatan kualitas dan jangkauan fasilitas kesehatan, perbaikan infrastruktur, peningkatan higienitas lingkungan dan rumah tangga, serta berbagai upaya lainnya yang dilakanakan secara bersama (keroyokan) oleh semua pihak baik pemeintah kota dan segenap eleman masyarakat.
Sekretaris Perwakilan BKKBN DIY Zainal Arifin menutup sosialisasi dengan mengajak “calon pengantin” atau para remaja yang hadir dan ibu-ibu yang akan mantu jika telah mulai serius menyiapkan perkawinan agar tidak melupakan upaya prekonsepsi agar anak yang dilahirkan nantinya sehat dan bebas stunting. Jangan sampai untuk prewedding yang bisa habis puluhan juta dilaksanakan dengan penuh semangat namun prekonsepsi yang tidak sampai ratusan ribu rupiah diabaikan.
Prewedding tidak berpengaruh pada keberlangsungan perkawinan selain dimilikinya kenangan berupa album memori, sedangkan prekonsepsi menentukan kualitas keturunan pasangan yang akan menikah. Sedangkan Prekonsepsi merupakan upaya pemeriksaan kesehatan calon pengantin agar bisa diketahui langkah atau upaya jika ditemukan kondisi yang menggangu kondisi calon ibu terutama dalam mengandung dan melahirkan anak.
“BKKBN telah meluncurkan aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah Siap Hamil), yang harus diunduh dan diisi data-data hasil pemerikasaan kesehatan, minimal tiga bulan sebelum menikah, agar bila ditemukan kondisi yang kurang ideal bisa segera direkomendasikan langkah yang harus diambil” terang Zainal. Aplikasi berbasis Android ini bisa diunduh pada Playstore. Tim Pendamping Keluarga (TPK) setempat akan memantau dan mendampingi calon pengatin yang telah mengunduh dan mengisi data di aplikasi Elsimil. (DSY/ADPIN)