YOGYAKARTA – Kerja keras segenap stake holders di Kabupaten Bantul dalam menurunkan angka stunting berbuah manis. Selama 2022 menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang menjadi acuan penilaian kinerja penurunan stunting, angka stunting di Bantul turun lebih dari 4% dari 19,10% menjadi 14,90% atau sudah mendekati target nasional 14% di tahun 2024. Meski berada di peringkat kedua dalam angka stunting terkecil, Bantul menjadi wilayah di DIY dengan penurunan angka stunting tertinggi.
Menurut Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo, keberhasilan penurunan angka stunting di Bantul kuncinya adalah kerja keras dan kerja bersama seluruh masyarakat Bantul. Tidak hanya aparat pemerintah daerah, melainkan juga TNI dan Polri, jajaran kesehatan, swasta, dan segenap eleman masyarakat. Hal tersebut disampaikannya saat memberikan pengarahan pada pertemuan Rembuk Stunting Kabupaten Bantul 2023 yang berlangsung di Pendopo Kabupaten, Selasa (06/06/2023). Pertemuan ini dihadiri oleh sejumlah instansi, dan seluruh pihak yang terlibat dalam upaya penanganan stunting di Kabupaten Bantul.
“Jangan pernah ada kata lelah jika kita bicara masalah penurunan stunting. Kita mempersiapkan sumber daya masyarakat Bantul, anak-anak yang cerdas, berakhlak mulia, dan berkepribadian Indonesia. (Untuk itu) harus tidak ada stunting. Dan itu adalah ibadah kita,” demikian ditegaskan Joko Purnomo.
Terkait kegiatan hari itu Joko mengingatkan bahwa rembuk artinya musyawarah yang menghasilkan kesepakatan, kesepahaman dan satu langkah yang sama menuju turunnya angka stunting. Sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting, Wakil Bupati tidak ingin hanya mendapat piala atau piagam saja, tetapi secara konkrit menaikkan perekononomian, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan yang salah satunya karena turunnya angka stunting.
Sementara itu Kepala perwakilan BKKBN DIY yang hadir pada kegiatan ini mengatakan bahwa stunting memang memilik hubungan dengan tingkat kemiskinan, walau kemiskinan bukan satu-satunya penyebab stunting.
“Meski orang tuanya cukup mampu, tetapi ketika pengasuhan anak diserahkan kepada asisten rumah tangga atau neneknya yang kurang memperhatikan asupan gizi, maka resiko anak menderita stunting besar. Apalagi kalau anak rewel dan diberikan gawai agar tenang, tetapi lupa memberikan makanan yang bergizi.” demikian penjelasan Shodiqin.
Shodiqin menambahkan faktor usia ibu saat hamil juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting. Hamil di usia dini atau di usia terlalu tua di atas 35 tahun dapat meningkatkan resiko stunting pada anak. Pasalnya, banyak ditemukan pula kasus stunting yang dipengaruhi faktor tersebut.
Rembuk Stunting merupakan langkah yang harus dilakukan pemerintah kabupaten/kota untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang dilakukan secara bersama-sama antara perangkat daerah penanggung jawab layanan dengan sektor atau lembaga non-pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah kabupaten/kota secara bersama-sama akan melakukan konfirmasi, sinkronisasi, dan sinergisme hasil Analisis Situasi dan rancangan Rencana Kegiatan dari perangkat daerah penanggung jawab layanan di kabupaten/kota dengan hasil perencanaan partisipatif masyarakat yang dilaksanakan melalui Musrenbang kecamatan dan desa dalam upaya penurunan stunting di lokasi fokus. Rembuk stunting dilaksanakan berjenjang dari rembuk tingkat desa, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi.
Setelah Wakil Bupati menyampaikan arahannya, dilanjutkan dengan diskusi panel dengan pembicara Kepala DP3APPKB Ninik Istitarini dan Kepala BAPPEDA Bantul Fenty Yusdayati. Ninik dalam penyajian Analisa Situasi dan Program Penanggulangan Stunting antara lain memaparkan sebaran angka stunting di tingkat kapanewon (kecamatan) sampai kalurahan.
Meski secara kabupaten angka stunting sudah turun, di sejumlah kapanewon dan kalurahan angka stunting masih tinggi, yang menjadi pekerjaan rumah bagi Tim Percepatan Penurunan Stunting. Imogiri merupakan kapanewon dengan angka stunting paling tinggi di Bantul, sedang Selopamioro dengan 180 anak stunting menjadi yang tertinggi di tingkat kalurahan. Sedangkan Kalurahan Banguntapan menjadi yang terendah dengan hanya beberapa anak saja atau kurang dari 10 anak yang menyandang stunting. Fokus pencegahan menyasar kepada remaja putri, calon pengantin, ibu hamil dan menyusui, serta ibu (keluarga) dengan anak balita.
Sementara itu Fenty menyampaikan tentang Rencana Aksi Daerah dalam Percepatan Penurunan Stunting. Fenty menjelaskan bahwa setiap perangkat daerah memiliki tugasnya masing-masing sesuai tupoksi dan mandat instansinya, namun semuanya mengarah dan mendukung penurunan stunting, baik sebagai upaya sensitif maupun upaya spesifik. Hal tersebut merupakan penjabaran dari makna konvergensi dalam penanganan stunting. (DSY)