YOGYAKARTA – Dalam rangka meningkatkan kualitas pemberitaan media mengenai stunting maka Perwakilan BKKBN DIY mengundang sejumlah awak media baik cetak, elektronik, dan online serta para mitra kerja pada kegiatan Sosialisasi Program Percepatan Penurunan Stunting Bagi Mitra Kerja bertempat di Hotel @Hom Jalan Timoho Yogyakarta, Rabu (17/5/2023).
Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin dalam pesannya yang disampaikan oleh Penanggung Jawab Bidang ADPIN Rohdhiana Sumariati mengharapkan dengan semakin meningkatnya pemahaman para awak media terhadap program, maka pemberitaan tentang percepatan penurunan stunting yang dilakukan media semakin mampu menggugah masyarakat untuk lebih peduli terhadap permasalahan stunting. Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan penghargaan kepada para Tenaga Lini Lapangan Teladan yang meliputi Penyuluh KB PNS dan Non PNS, Institusi Masyarakat Pedesaan (Kader KB), dan Peserta KB Lestari 20 Tahun.
Penghargaan Penyuluh KB PNS Terbaik diberikan kepada Nurul Ria Nisafa, Penyuluh KB dari Seleman sebagai Terbaik I, disusul Yudi Setiawan (Gunungkidul) dan Dwiningsih Rahmatullah (Kulon Progo), dan Penyuluh KB Non PNS Terbaik diraih oleh Retno Windarsih yang mengampu wilayah binaan Kalurahan Trimulyo, Jetis, Bantul.
Sementara itu penghargaan IMP (Kader KB) Terbaik I- III berturut-turut diberikan kepada Suwanti (Bantul), Antik Suwardani (Kota Yogyakarta), dan Ratmini (Kulon Progo). Sedangkan untuk Peserta KB Lesatari (tidak putus) 20 Tahun disandang oleh pasangan Kadariningsih/Joko Tri Pihono (Kota Yogyakarta) sebagai Terbaik I disusul oleh Parsiyati/Suroso (Gunungkidul) dan Maryati/Julianto (Sleman). Penghargaan diterimakan oleh Rohdhiana dan Widyaiswara senior Witono mewakili Kepala Perwakilan Shodiqin.
“Kami berharap dengan penghargaan yang diterima para pejuang Program Bangga Kencana akan semakin giat dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya perencanaan berkeluarga, termasuk dalam pencegahan stunting” demikian disampaikan Rhodhiana.
Materi pembekalan bagi awak media dan mitra kerja yang pertama disampaikan oleh anggota Satgas Percepatan Penurunan Stunting DIY, Afrezah. Satgas Stunting adalah tenaga ahli non PNS yang direkrut oleh BKKBN DIY dengan tugas menyiapkan data, perencanaan program dan membantu merumuskan kebijakan dan evaluasi atas kinerja penurunan stunting kabupaten/kota.
Pada intinya disampaikan oleh Afrezah bahwa Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi badannya berada di bawah standar anak seusianya.
Stunting dapat dirunut penyebabnya mulai dari (calon) ibu yang dalam kondisi kesehatan buruk sebelum dan selama kehamilan, serta saat menyusui; serta asupan gizi yang buruk pada anak sampai dengan usia 24 bulan (dua tahun). Sejak pembuahan sampai anak berusia dua tahun, yang lebih dikenal sebagai 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK), merupakan masa kritis yang menentukan apakah seorang anak menderita stunting atau tidak, karena stunting hanya dapat dicegah sebelum seorang anak berusia dua tahun. Pada usia tersebut tulang tengkorak telah menutup sehingga perkembangan volume otak sudah tidak signifikan lagi (sudah berhenti).
Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan metabolisme. Sementara untuk jangka panjang, anak penderita stunting saat dewasa akan mudah menderita berbagai penyakit sehingga produktivitas rendah, yang tentunya memperngaruhi produktivitas bangsa jika banyak penduduk usia produktif yang masa kecilnya menderita stunting.
Afrezah juga menjelaskan bahwa penyebab stunting dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu yang pertama adalah penyebab langsung (gizi buruk, tidak/kurang pemberian ASI, dan penyakit tertentu yang diderita ibu saat hamil atau anak). Penyebab langsung ini merupakan penyebab spesifik.
Sedangkan penyebab tidak langsung dapat berupa sanitasi buruk, faskes tidak memadai, pendidikan, pola asuh, kemiskinan dan sebagainya. Penyebab tidak langsung ini disebut penyebab sensitif. Diantara kedua kelompok penyebab tersebut terdapat penyebab yang bisa menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung yang disebut sebagai penyebab intermediate, yaitu jarak antar kelahiran anak, jumlah anak, dan usia ibu saat hamil.
Untuk mencegah stunting maka tidak hanya penyebab langsungnya yang ditangani, namun perlu juga ditangani penyebab intermediate dan penyebab tidak langsungnya. Jadi kesimpulannya masalah stunting merupakan masalah kesemestaan, dengan akibat bersifat kesemestaan pula, yaitu menurunnya daya saing dan kualitas bangsa.
Psikolog kondang Ibu Shinta yang lebih dikenal dengan nama Bunda Cinta memberikan materi berjudul Keluarga Tangguh Cegah Stunting, Sebuah Tinjauan Psikologis. Bunda Cinta mengulas mengenai bagaimana membangun sebuah keluarga tangguh. Keluarga yang tangguh sudah pasti mampu mencukupi kebutuhan baik fisik maupun psikis bagi anak-anaknya. Dalam keluarga yang tangguh pola asuh yang baik, penyediaan asupan yang sehat dan bergizi akan menjamin keturunan yang bebas stunting.
“Bangsa yang tangguh berawal dari Keluarga Tangguh” demikian dikatakan Bunda Cinta. “Maka jangan dulu menyalahkan pemimpin yang kurang ini itu, pejabat daerah yang kurang cakap, dan seterusnya, tapi coba kita lihat apakah diri kita sudah bisa membawa keluarga kita menjadi keluarga yang tangguh?” Bunda Cinta mengajak peserta pertemuan untuk melihat ke dalam.
Kunci pertama dari terbentuknya Keluarga Tangguh adalah perencanaan matang sebelum berkeluarga, sebagaimana selalu digaungkan oleh BKKBN. Kunci selanjutnya setelah terbentuk keluarga agar menjadi keluarga tangguh adalah komunikasi, saling memahami, dan pengasuhan anak yang tepat sesuai dengan jamannya. Dalam keluarga yang terencana dan pola komunikasinya bagus, saling memahami dan mengerti, serta menerapkan pola asuh yang tepat maka bisa dipastikan stunting tidak terjadi. Peserta yang sebagaian besar para ibu tersebut terlihat sangat antusias menyimak paparan dan mengajukan pertanyaan seputar pengelolaan keluarga tangguh. (DSY/Adpin)