KUPANG NTT – Mengemban tugas berat percepatan penurunan angka stunting, BKKBN terus berupaya mengajak semua pihak untuk bekerja sama dan turut terlibat dalam upaya mulia menjamin kualitas SDM bangsa di masa depan ini. Kali jajaran TNI Angkatan Udara memberikan komitmennya untuk turut mengupayakan pencegahan dan penurunan angka stunting. Launching Kegiatan Pencanangan Pencegahan Stunting Nasional Jajaran TNI AU Bersama BKKBN ini dilaksanakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur dihadiri langsung oleh Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, Senin (20/3/2023).
Gubernur NTT dalam sambutan selamat datang menyampaikan bahwa berdasarkan data by name by address hasil pengukuran dengan alat antopometri maka angka stunting NTT mengalami penurunan menjadi 17,7%. Walau alat antopometri belum dimiliki oleh semua Posyandu namun pihaknya mewajibkan pengukuran dengan alat tersebut, walau harus membawa balita ke posyandu terdekat yang memiliki alat. Dari 10.000 posyandu, baru 5.000 yang memiliki alat ukur tersebut.
Viktor Laiskodat optimis angka stunting ini dapat diturunkan lagi sehingga mencapai target nasional 14%. Salah satu faktor keberhasilan penurunan stunting ini adalah konsumsi daun kelor yang disebutnya sebagai “pohon ajaib” karena kandungan gizi yang tinggi, selain itu nilai ekonomisnya juga cukup menjanjikan.
“Satu kilo daun kelor basah harganya 5000 – 7000 rupiah. Ini bisa membantu perekonomian masyarakat.” demikian digambarkan Viktor Laiskodat. Setelah Korem turut memasyarakatkan budidaya dan konsumsi Kelor, maka Victor berharap TNI AU bisa mengambil peran yang sama di setiap lingkungan pangkalan di seluruh Indonesia.
Memberikan sambutan, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menggunakannya untuk meluruskan pengertian stunting yang tidak asal pendek adalah stunting.
“Stunting itu pasti pendek (karena asupan gizi kurang), tetapi pendek belum tentu stunting (bisa karena sebab lain)” jelas Hasto. Ciri pengidap stuntig ada tiga, yaitu pasti pendek, kecerdasan rendah, dan setelah dewasa mudah terkena penyakit.
Stunting bisa terjadi karena tiga penyebab. Bisa karena gizi buruk, derajat dan penanganan kesehatan masyarakat yang buruk, juga bisa karena pola asuh (parenting) yang salah, termasuk pola makan anak.
Pencegahan stunting harus dilakukan dari hulu. Artinya sasarannya dimulai dari calon pengantin, harus memeriksakan kondisi kesehatan tiga bulan sebelum menikah jika tidak ingin melahirkan anak stunting. Hal ini karena sel telur saat pembuahan itu dimatangkan dalam tiga bulan, demikian pula sperma dibentuk dan dimatangkan 75 hari sebelum dikeluarkan.
Untuk keperluan itu BKKBN mengembangkan aplikasi Elsimil (aplikasi elektronik siap nikah dan hamil). Melalui data kesehatan yang diinput pada alpikasi, akan dapat dimunculkan status pasangan/calon pasangan tersebut apakah ideal untuk hamil atau tidak.
“Jika tidak ideal maka pernikahan bisa dilangsungkan namun direkomendasikan untuk menunda kehamilan” ungkap Hasto.
Mengapa upaya dari hulu ini penting dilakukkan, menurut Kepala BKKBN hal ini karena di Indonesia, menikah itu bagi banyak pasangan tujuannya adalah segera memiliki anak. Data menunjukkan bahwa 80% pasangan pengantin hamil pada tahun pertama perkawinan.
“Jadi tidak ada itu resesi seks di Inonesia,” tambah Hasto.
Selanjutnya Kepala BKKBN mengucapkan terima kasih kepada KSAU karena selama ini sudah banyak menjalin kemitraan dengan BKKBN provinsi, dan puncaknya ditegaskan hari ini dengan pencanangan bersama BKKBN.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat memberikan amanat mengungkapkan antusiasme TNI AU dalam perogram penanganan stunting ini ditunjukkan dengan hampir seluruh pejabat markas besar hadir di Kupang.
“Kami di TNI AU ada program bhakti sosial, terkait menjelang ulang tahun TNI AU ke-77 pada 9 April mendatang” demikian disampaikan Fadjar Prasetyo. Pihaknya berterima kasih untuk kesempatan mendukung program percepatan nasional percepatan penurunan stunting. KSAU menegaskan jajarn TNI AU siap mendukung program nasional ini.
KSAU dan Kepala BKKBN kemudian melakukan dialog kesiapan pelaksanaan program penurunan stunting dengan sejumlah jajarannya masing-masing di Pangkalan dan Provinsi lain yang mengikuti acara ini secara daring.
Kepala Perwakilan BKKBN DIY Shodiqin yang juga mengikuti pencanangan secara daring bersama jajarannya menyatakan kepada media bahwa selama ini kemitraan dengan TNI AU berjalan sangat erat.
“Apalagi di Yogyakarta terdapat Rumah Sakit Umum Pusat TNI AU. RSUP Hardjolukito menjadi salah satu rumah sakit yang banyak kita rujuk untuk MOP (vasektomi), MOW (tubektomi), serta pemasangan Implant.” terang Shodiqin.
Selanjutnya KSAU memberikan bantuan sosial kepada sejunmlah unit Satuan TNI AU di NTT untuk diteruskan kepada masyarakat di lingkungan Satuan tersebut. Termasuk kepada RS Lanud El Tari diberikan bantuan berupa alat Antopometri dan USG dua dimensi bagi seluruh Posyandu yang berada di lingkungan Satuan TNI AU, sebagai bentuk kepedulian TNI AU terhadap program percepatan penurunan stunting.(DSY)