FX Danarto SY
YOGYAKARTA—Dalam rangka memperingati Hari Ayah 2025, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyelenggarakan kegiatan NGOPI atau ”Ngobrol Perkara GATI” secara serentak di kantor Perwakilan BKKBN di seluruh provinsi, termasuk di Perwakilan BKKBN DIY, Jalan Kenari Timoho Yogyakarta, pada Jumat (14/11/2025). GATI yang dimaksud adalah akronim dari Gerakan Ayah Teladan Indonesia, salah satu program unggulan dari Kemendukbangga/BKKBN yang digagas Menteri Wihaji.
“Gerakan Ayah Teladan Indonesia atau GATI menjadi gerakan yang strategis dalam membentuk karakter anak. Gati sendiri dalam bahasa Jawa artinya penting, dan pengasuhan atau nggulawentah anak pancen perkara sing gati (penting)” demikian dikatakan Pejabat Pranata Humas Perwakilan BKKBN DIY FX Danarto Suryo Yudo kepada media sesaat sebelum acara Ngobrol Perkara GATI dilaksanakan di halaman kantor.

Pada kegiatan yang diikuti para ayah karyawan Perwakilan BKKBN DIY dan mitra kerjanya sebanyak lebih dari 50 orang, sebagian ayah mengajak anaknya ikut serta. Anak-anak yang hadir bersama ayahnya berasal dari sejumlah Tempat Penitipan Anak yang menjadi mitra BKKBN DIY dalam program TAMASYA (Taman Asuh Sayang Anak) dan terlibat dalam implementasi MIAYENI (Model Integrasi Pengasuhan Yogyakarta Responsif Stunting). Bagi para anak disiapkan kegiatan mewarnai gambar ayah dan anak.
GATI menjadi upaya Kemendukbangga/BKKBN untuk meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan anak. Disadari bahwa dalam keluarga, orang tua menjadi pihak yang paling berkepentingan dan bertanggung jawab dalam pengasuhan anak. Orang tua adalah ayah dan ibu, jadi keduanya punya tanggung jawab yang sama besar atas pendidikan dan pengasuhan anak mereka. Namun pada prakteknya di masyarakat patriarkal, ibu seringkali terpaksa harus mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pendidikan dan pengasuhan anak. Sementara sang ayah merasa dengan menjadi pencari nafkah maka tugas mengasuh anak adalah tugas istrinya (ibu anaknya).
Dalam pengantar pengantar diskusi, Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah mengajak para ayah untuk merenungkan kembali perannya dalam pengasuhan anak.
“Sudahkah kita hadir bagi anak, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara emosional?” pertanyaan retorik disampaikan Iqbal.
Ditambahkannya lebih lanjut, jangan sampai ayah merasa selesai kewajibannya jika telah mampu menyediakan sandang, pangan, dan papan bagi anak-anaknya, namun tidak hadir secara emosional dalam setiap tahap perkembangan anak. Anak butuh lebih dari itu dari ayahnya, tambah Iqbal.
Prof. Dody Hartanto dari Universitas Ahmad Dahlan yang menjadi narasumber pada obrolan tentang peningkatan peran ayah dalam pengasuhan memaparkan sejumlah hasil penelitian yang mengaitkan hilang atau memudarnya peran ayah (fenomena fatherless) dengan perilaku dan karakter anak bermasalah. Isu fatherless memang terdengar belum familiar di Indonesia, namun Dody menyebut sebuah klaim yang menempatkan Indonesia pada peringkat 3 fatherless country (klaim oleh theasianparent.com). Meski tidak didukung dengan penelitan akademik, klaim ini menjadi warning bagi para ayah agar lebih peduli dalam mengasuh anak.
Dalam acara ini juga dilaksanakan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Perwakilan BKKBN DIY dengan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Surakarta. Melalui kerjasama ini BPVP Surakarta akan memberikan pelatihan yang sesuai bagi kelompok lansia dalam kerangka SIDAYA atau Lansia Berdaya, yang juga merupakan program unggulan Kemendukbangga/BKKBN selain GATI dan TAMASYA. (*)