FX Danarto SY
SLEMAN—Mbah Putri Waginem (74 tahun) saat ditanya apa yang paling berkesan saat mengikuti Sekolah Lansia spontan menjawab “Bisa srawung (bergaul) dengan sesama lan” sebagai hal sangat menyenangkan. Senada, Mbah Kakung Budiman (80 tahun) merasa senang bisa gojek (bercanda) dengan lansia lainnya.
“Itu (bercanda sesama lansia) yang paling saya nantikan saat berangkat sekolah lansia,” aku Budiman.
Bisa dimengerti kalau Waginem dan Budiman merasakan hal tersebut. Sebab di rumah masing-masing mereka tinggal bersama anak yang merawatnya namun tentu saja tidak bisa selalu ada karena kesibukan kerja. Saat di rumah tentu sang anak mengurus keluarga mereka sendiri juga. Obrolan pun tidak bisa selalu nyambung. Dengan demikian mengikuti sekolah lansia merupakan kesempatan untuk bergaul dengan sesama lansia yang sudah tentu nyambung dalam perbincangannya.

Waginem dan Budiman merupakan dua dari 40 lansia yang pada Selasa (11/11/2025) mengikuti Wisuda S3 Sekolah Lansia dengan mengenakan toga di Balai Budaya Lohjinawi yang berada di Dusun Gentan, Kalurahan Sinduharjo, Ngaglik Sleman. Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah dan Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Sleman Novita Krisnaeni bertindak sebagai yang mengukuhkan para wisudawan.
Sekolah Lansia merupakan program Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Selayaknya sekolah atau kuliah, para lansia difasilitasi dalam pertemuan yang menghadirkan narasumber atau “guru/dosen” dalam 11 kali pertemuan bulanan.
Materi yang diberikan adalah materi terkait 7 Dimensi Lansia Tangguh. Setelah menyelesaikan 11 kali pertemuan, mereka memperoleh bekal pengetahuan untuk mewujudkan aspek-aspek dimensi lansia tangguh. Maka mereka dinyatakan “lulus” dan kemudian diwisuda dari Sekolah Lansia Standar 1 (S1). Selanjutnya bagi yang telah lulus S1 ada kelanjutan pendalaman materi di Sekolah Lansia Standar 2 (S2) dan Standar 3 (S3).
Sebagaimana dilaporkan oleh Nunuk Atu Onisna, Pengurus Kelompok Bina Keluarga Lansia “Mawar” dimana para wisudawan bergabung, para lansia sangat antusias mengikuti sekolah lansia. Bahkan 30 menit sebelum pelajaran dimulai mereka sudah berkumpul di balai budaya yang digunakan sebagai kelas.
“Mereka senang karena narasumber yang dihadirkan memang kompeten, dan ada pemeriksaan kesehatan serta kegiatan makan bersama sambil ngobrol” imbuh Nunuk.
Sebelum prosesi wisuda, dokter Prihandjojo Andri Putranto dari Fakultas Kedokteran UNS Solo memberikan materi menarik tentang bagaimana menua dengan tetap menjaga kesehatan. Menua itu pasti dan alami, demikian dokter Andri menyampaikan, namun menjadi tua sambil tetap bisa menikmati hidup dan sehat adalah pilihan yang harus diupayakan.
Dalam sambutannya setelah prosesi wisuda, Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah menegaskan bahwa pemerintah sangat memperhatikan lansia. Keberadaan lansia menjadi salah satu prioritas pembangunan.
“Dasarnya adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Selain itu, ada Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan yang menjadi acuan untuk penyusunan kebijakan dan program terkait lansia di tingkat nasional dan daerah” ungkap Iqbal. Salah satu implementasinya adalah penyelenggaraan sekolah lansia. Iqbal menambahkan bahwa dalam bulan ini pihaknya mengagendakan 6 wisuda sekolah lansia di Kabupaten Bantul, Sleman, dan Gunungkidul.
Mewakili para wisudawan menyampaikan kesan dan pesan dalam bahasa Jawa halus (krama inggil), Emilia Suyanti menyebutkan bahwa sebutan yang tepat bagi lansia adalah Adi Yuswo. Adi bermakna indah sedangkan yuswo artinya usia. Jadi adi yuswo bermakna masa yang indah bagi lansia. Indah karena perjuangan hidup sejak muda telah membuahkan hasil, anak cucu telah mentas, dan tinggal menikmati hasil kerja selama ini. Dan sekolah lansia sungguh membantu mewujudkan adi yuswo, tambah Suyanti. (*)