Remaja mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberlangsungan masa depan suatu bangsa. Word Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja adalah mereka yang berusia dari 10 sampai 19 tahun. Remaja merupakan individu-individu calon penduduk usia produktif yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan, sehingga remaja harus dipersiapkan agar menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Oleh karena itu, untuk mencapai indonesia emas pada tahun 2045 maka penting bagi seluruh lembaga pemerintah dan non-pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap remaja.
Masa remaja sendiri merupakan masa peralihan atau masa penghubung antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dalam bahasa inggris remaja disebut Adolesence yang berarti tumbuh menuju kematangan. Kematangan yang dimaksud bukan hanya kematangan fisik, namun juga kematangan sosial, psikologi dan kematangan seksual.
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional yang terjadi. Perubahan bentuk tubuh dan kematangan seksual ini mempengaruhi kondisi psikologis mereka. Kematangan seksual membuat remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada diri sendiri, pada saat yang sama, juga mulai merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis.
Masa remaja juga ditandai dengan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal baru, termasuk aspek-aspek terkait reproduksi. Jika tidak diberikan pemahaman yang tepat, remaja dapat menghadapi risiko perilaku yang kurang sehat atau bahkan membahayakan. Maka dari itu pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi terhadap remaja.
Menurut World Healt Organization (WHO) kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala aspek yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya. Kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting pada remaja. Beberapa isu dalam kesehatan reproduksi seperti pernikahan usia dini, kehamilan yang tidak direncanakan, serta rendahnya pemahaman tentang kesehatan seksual dan reproduksi berdampak bukan hanya pada kesehatan fisik dan mental remaja, tetapi juga menghambat peluang karir serta pemberdayaan mereka. Hal ini dapat mengurangi kesempatan mereka untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, tercatat sebesar 18,87 persen remaja melangsungkan pernikahan pada usia 16-18 tahun, dan sekitar 2,32 persen menikah sebelum usia 16 tahun. Selain itu, 44,33 persen perempuan muda telah mengalami persalinan pertama sebelum mencapai usia 21 tahun. Kondisi ini berpotensi memberikan dampak negatif bagi kesehatan ibu dan anak, termasuk risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), meningkatnya angka penyakit, serta risiko kematian pada ibu dan anak.
Untuk merespon permasalahan remaja diatas, sejak tahun 2001 BKKBN menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan yang dimiliki remaja. Hal ini diwujudkan dengan mengembangkan program Generasi Rerencana (GenRe). Program GenRe merupakan program yang dirancang untuk mengedukasi dan mempersiapkan remaja dalam menjalani kehidupan berkeluarga yang sehat dan terencana. Program ini bertujuan membantu remaja merencanakan perjalanan pendidikan mereka, merencanakan karir profesional, serta menjalani dan menjadi orang tua pada usia yang matang sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi.
PIK Remaja adalah salah satu bagian dari program GenRe yang berfungsi sebagai tempat untuk memberikan informasi dan konseling kepada remaja. Program ini dijalankan oleh, dari, dan untuk remaja, dengan tujuan memberikan edukasi tentang berbagai hal penting, seperti usia perkawinan yang tepat, fungsi keluarga yang sehat, serta topik kesehatan reproduksi remaja, yang meliputi seksualitas, HIV/AIDS, dan penyalahgunaan NAPZA. PIK Remaja juga mengajarkan keterampilan hidup dan konsep Generasi Berencana (GenRe). Kehadiran PIK Remaja sangat krusial untuk membantu remaja mendapatkan informasi yang akurat dan konseling yang dapat membimbing mereka dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarga dan menjaga kesehatan reproduksi.
Penulis : Dimas
Referensi
Aisyaroh, N., Kebidanan, S. P. P. D. I., & Unissula, F. I. K. (2010). Kesehatan reproduksi remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung. Universitas Sultan Agung, 8.
Johariyah, A., & Mariati, T. (2018). Efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan pemberian modul terhadap perubahan pengetahuan remaja. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 4(1), 38-46.
Rima Wirenviona, S. S. T., Riris, A. A. I. D. C., & ST, S. (2020). Edukasi kesehatan reproduksi remaja. Airlangga University Press.